XL Anggap Starlink di Indonesia bisa jadi Ancaman Industri Telko

Jakarta, Tekno – Hadirnya Starlink di Indonesia tentu membuat industri telekomunikasi (Telko) menjadi ramai. Termasuk XL Axiata yang mengungkapkan sisi baik dan buruknya kehadiran Starlink di Indonesia.

Starlink telah mendapat izin uji coba, tepatnya di ibu kota Nusantara atau IKN sejak awal April 2024. Direktur Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Wayan Toni Supriyanto menjelaskan dalam proses perizinan operasi, Starlink telah membangun hub dan memenuhi standarisasi perangkat dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika.

Menurut XL Axiata, kehadiran Starlink di Indonesia akan membantu industri telko dalam penanganan jaringan di wilayah yang sulit dijangkau. Termasuk dalam urusan Universal Service Obligation (USO) akan ada tekanan biaya sewa kapasitas yang lebih terjangkau.

“Starlink kita sambut baik untuk cover daerah yang selama ini sulit kita jangkau, kita sudah memanfaatkan satelite untuk sarana backbone sebelum ada starlink. itu untuk uso kita pakai starlink. menekan biaya sewa capacity lebih murah,” ujar Dian Siswarini, Presiden Direktur XL Axiata, di Kantor XL Axiata Tower, Jakarta, Kamis (25/4/2024).

Baca Juga: Soal Merger dengan Smartfren, XL: Belum ada Hilalnya!

XL Axiata berharap Starlink di Indonesia hanya untuk daerah pedalaman

XL Anggap Starlink di Indonesia bisa jadi Ancaman Industri Telko

Dian dalam penjelasannya berharap hadirnya Starlink di Indonesia bisa jadi solusi untuk menggantikan biaya satelit yang mahal harganya. Selain itu, ia juga mengaku bahwa XL sudah bekerjasama dengan Starlink dalam menjangkau BTS (Base Transceiver Station) di pedalaman.

“Harapan kita starlink bisa jadi solusi menggantikan biaya satelit mahal, kemarin kita sudah kerjasama untuk jangkau BTS di pedalaman,” ungkapnya.

Meski begitu, masih ada hal yang dikhawatirkan oleh XL Axiata terhadap kehadiran Starlink di Indonesia. Starlink ketika mendapat izin, telah membuka websitenya dan disana ditemukan bahwa satelit ini menyasar konsumen juga.

“Menjadi concern, starlink direct to customer sebagai hub dan endshare, starlink ini komplemen high platform solution itu komplemen jangkauan teresterial berbeda, market mereka berbeda yaitu market yang tidak bisa kita jangkau masalah logistik, keamanan, maintenance berat, infrastruktur juga, mereka punya pasar unik,” jelas Dian.

Dengan melihat perbedaan target pasar, maka XL melakukan kerjasama dengan Starlink untuk menghubungkan BTS atau langsung ke konsumen. Catatannya, hadirnya Starlink di Indonesia juga harus memiliki struktur cost yang sama dengan XL.

Bila target pasarnya berbeda, namun satelit Starlink dikerahkan semuanya ke Indonesia atau teknologinya lebih maju menurut Dian baru menjadi ancaman. Lalu ia juga mengatakan bila Starlink di kota menawarkan harga yang lebih murah mungkin kompetisi akan dimulai pada saat itu.

“Kalau sekarang kan, teknologinya (Starlink), bandwidthnya masih terbatas, tapi kalau kita lihat mungkin kalau meraka bisa nambah satelitnya lebih banyak, kapasitasnya lebih banyak, nah itu cost structure-nya bisa lebih kecil,” tambahnya.

Cost structure merupakan struktur biaya yang merupakan komposisi biaya yang dikeluarkan terbilang mahal. Masyarakat bisa berlangganan Starlink mulai dari Rp750 ribu dengan biaya perangkat keras seharga Rp7,8 juta.

Artikel berjudul XL Anggap Starlink di Indonesia bisa jadi Ancaman Industri Telko yang ditulis oleh Zihan Fajrin pertama kali tampil di Tekno

gizmologi

Recommended
GadgetDiva.id — Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia,  I…