Xiaomi dilaporkan telah memberhentikan 3% dari tenaga kerjanya, yang diduga berjumlah 900 lebih karyawan. Saat ini, ada lebih dari 32 ribu pegawai full time Xiaomi, sebanyak 30 ribu di antaranya berada di China, mayoritas di kantor pusat di Beijing.
Perampingan karyawan ini disalahkan pada realitas ekonomi saat ini yakni inflasi, fluktuasi mata uang, dan ketidakstabilan politik yang mempengaruhi valuta asing. Seperti yang diungkapkan oleh presiden merek ponsel pintar China, Wang Xiang, situasi pasar telah secara signifikan memengaruhi permintaan, menyebabkan penurunan 20% pada angka pendapatan kuartal kedua.
Dengan tenaga kerjanya yang terkonsentrasi di China, India, dan Indonesia, pasar terbesar Xiaomi, India dan China, dikatakan paling terpukul oleh hilangnya pendapatan. Namun, tidak jelas apakah pasar India dan Indonesia terpengaruh oleh PHK tersebut atau tidak.
Pegawai Xiaomi. (Sumber: Sixth Tone) |
Penjualan smartphone di China turun 14% di Q1 2022, dan analisis untuk Q2 menunjukkan penurunan 20% dibandingkan kuartal yang sama jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pasar Afrika juga mengalami penurunan. Statistik dari International Data Corporation (IDC) menunjukkan bahwa vendor smartphone mengirimkan total 19,7 juta smartphone di seluruh Afrika pada Q1 2022, turun 15,7% YoY. Terlepas dari penurunan ini, merek kelas menengah seperti Xiaomi diharapkan dapat mempertahankan pertumbuhan, tetapi sayangnya, tampaknya tidak demikian.
PHK dilakukan untuk menekan beban operasional, terutama pada divisi yang merugi. Meskipun langkah seperti ini dapat menghemat uang perusahaan di bulan-bulan berikutnya, perusahaan dapat mengeluarkan biaya tambahan untuk merestrukturisasi operasi, memiliki jangkauan produksi yang terbatas atau memiliki kapasitas hubungan pelanggan yang buruk tergantung pada departemen yang paling terpengaruh. Ironisnya, semua ini bisa semakin menenggelamkan keuntungan jika tidak dikelola dengan baik.
Baca Juga :
PHK Xiaomi tampaknya menjadi satu-satunya yang tercatat di ruang manufaktur ponsel sejauh tahun 2022 ini, tetapi itu bukan satu-satunya perusahaan teknologi populer yang terkena imbas dari berbagai tekanan yang terjadi di dunia saat ini. Microsoft, pada Juli 2022 lalu, memangkas sekitar 1.800 orang dari tenaga kerjanya, Amazon melepaskan 100.000 pekerja di bulan yang sama, Netflix memberhentikan sekitar 450 karyawan antara Januari dan Mei, sementara TikTok memecat kurang lebih 100 karyawan, juga pada Juli 2022 lalu.
Sementara itu, pabrikan mobil, Ford juga kemungkinan akan memberhentikan 3.000 karyawannya. Di ruang startup teknologi Afrika, francophone African unicorn Wave melepaskan 300 karyawan, dan baru-baru ini, Marketforce melepaskan 45 pekerja kembali ke pasar kerja.
Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Mewujudkan Wawasan Kebangsaan Melalui Teknologi…
Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul #PlastikNggakAsyik, Hari Bumi, Mahasiswa-Mahasiswi President…
Sah! – Pembubaran CV merupakan proses hukum yang membawa dampak signifikan bagi para mitranya. Mitra…
AESENNEWS.COM,PANDEGLANG - Dengan beredarnya pemberitaan di salah satu media online terkait dugaan perusahan ternak ayam…
AESENNEWS.COM, DELI SERDANG - Tim Pembina dan Tim Forum Kabupaten Kota Sehat (KKS) Kabupaten Deli…
Jakarta – Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuntut agar Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri secara langsung…