Categories: Berita

Pengaruh Negatif Kapitalisme Terhadap Persoalan Gender dI Indonesia dalam Perspektif Nancy Fraser

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Pengaruh Negatif Kapitalisme Terhadap Persoalan Gender dI Indonesia dalam Perspektif Nancy Fraser

Alfonsius Ligori Asa
ligouriasaalfonsius@gmail.com
alfonsiusasa68@gmail.com

Abstraksi
Pengaruh negatif kapitalisme terhadap persoalan gender di Indonesia menurut perspektif Nancy Fraser. Tema ini membantu menganalisis pengaruh negatif kapitalisme yang telah memperdalam kesenjangan gender dan ketidaksetaraan dalam kehidupan sosial ekonomi perempuan, diantaranya; kesenjangan upah, objektifitas perempuan, human trafficking, pernikahan paksa dan eksploitasi seksual di tempat kerja berupa tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual. Bentuk-bentuk persoalan gender inilah yang dialami dalam kehidupan perempuan di Indonesia. Maka penting untuk memahami bagaimana pengaruh negatif kapitalisme terhadap persoalan gender, karena hal ini dapat menimbulkan dampak yang luas pada kehidupan kaum perempuan dan dapat menjadi penghambat kemajuan mereka untuk membangun sebuah kehidupan yang baik dan bahagia.

Pendahuluan

Kapitalisme mempuyai pengaruh yang kompleks mengenai persoalan gender di Indonesia. Dalam bidang ekonomi yang dikuasai kapitalisme, terdapat aspek-aspek yang turut mempengaruhi peran, posisi, dan perlakuan terhadap perempuan. Walaupun kapitalisme telah membawa pembangunan ekonomi yang baik, namun di lain sisi kapitalisme juga mempunyai pengaruh negatif terhadap kesetaraan gender. Hal demikian dapat dilihat dalam analisis kritis Nancy Fraser mengenai hubungan antara kapitalisme dan gender. Ia mengatakan bahwa ketidaksetaraan gender telah terkandung dalam struktur ekonomi dan politik kapitalis. Maka dengan sendirinya sistem kapitalis tidak saja menciptakan ketimpangan ekonomi melainkan juga memperkuat isu gender (Mudzakkir 2022). Dalam prinsip kapitalis, keuntungan dan persaingan sering mendapatkan porsi yang paling banyak di atas kebutuhan sosial dan keadilan gender. dampak yang timbul selanjutnya yaitu mengakibatkan penguatan stereotip (penilaian yang tidak seimbang terhadap suatu kelompok) gender dan pembagian peran dalam bekerja yang dapat membawa keuntungan bagi laki-laki dan merugikan kaum perempuan.

Dalam analisis Fraser, ia melihat bahwa negara cenderung melihat gender sebagai distingsi kelas yang berakar pada struktur masyarakat tertentu. Di sini terdapat suatu tendensi untuk mengelompokkan pekerjaan berdasarkan pada gender yang membawa dampak negatif terhadap perempuan. Di mana tenaga kerja produktif upahan diberikan kepada laki-laki untuk dikelola dan sedangkan tenaga kerja reproduksi non-upahan diberikan kepada kaum perempuan untuk dikelola. Dampak yang timbul selanjutnya yaitu pembagian buruh upahan tinggi yang dikuasai oleh laki-laki sedangkan pembagian buruh upahan rendah dikuasai oleh perempuan. Problematika ini dilihat Fraser sebagai struktur ekonomi yang menghasilkan berbagai ketidakadilan distributif berdasarkan gender (Sule 2021). Dari dampak yang ada, dapat dilihat bagaimana kapitalis sama sekali tidak memperhatikan harkat dan martabat perempuan dalam dunia ekonomi. Kekayaan dan keuntungan tertentu menjadi tujuan utama dalam merencanakan suatu kegiatan. Selain krisis keadilan, tercipta juga krisis moralitas manusia. Dalam kaitannya dengan konteks ini, Fraser berpendapat bahwa subordinasi perempuan terjadi karena adanya krisis kepedulian dari sistem kapitalisme (Mudzakkir 2018). Artinya bahwa, dalam suatu sistem ekonomi yang dikuasai oleh pencarian keuntungan, nilai-nilai seperti kesetaraan gender selalu terpinggirkan dan bahkan tidak diperhatikan sama sekali.

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana sistem kapitalis tidak hanya menciptakan ketidaksetaraan ekonomi, melainkan juga bisa memperkuat ketidaksetaraan gender. Dengan menganalisis dampak negatif yang timbul dari kapitalisme menurut perspektif Nancy Fraser, artikel ini akan menjelaskan dan menguraikan bagaimana struktur ekonomi dan politik kapitalisme turut memperkuat stereotip gender dan memperburuk kondisi perempuan, sehingga perempuan selalu mengalami ketidaksetaraan dan ketidakberdayaan.

Di Indonesia, ketika kapitalisme benar-benar mengeksploitasi eksistensi gender, maka akan menimbulkan dampak negatif. Kesenjangan upah perempuan dan laki-laki dalam dunia ekonomi, di mana perempuan sering memperoleh bayaran sedikit rendah ketimbang rekan kerja laki-laki, walaupun melalukan pekerjaan yang sama. Selain itu, terjadi juga objektifitas perempuan, di mana perempuan dianggap sebagai sebuah objek yang dengan mudah dapat diperdagangkan. Tindakan demikian terlihat dalam praktik human trafficking. Terjadi juga pernikahan paksa, di mana perempuan dipaksa untuk menikah tanpa persetujuan mereka sendiri, melainkan demi keuntungan ekonomi dari pihak tertentu. Di tempat kerja pun, perempuan sering rentan terhadap eskploitasi seksual berupa tindakan pemerkosaan dan kekerasan seksual lainnya. Dengan demikian, maka dampak negatif kapitalisme terhadap eksistensi gender di Indonesia sangatlah nyata dan mengakibatkan berbagai bentuk ketidaksetaraan dan penderitaan terhadap perempuan.

Pembahasan

Konsep Kapitalisme dan Gender
Kapitalisme merupakan sebuah sistem ekonomi yang diindikasikan dengan kepemilikan individu atas alat-alat produktif, proses distribusi barang serta sumber daya yang digunakan untuk memperoleh provit dalam lingkungan yang kompetitif (Zainol Hasan and Mahyudi 2020). Artinya bahwa dalam sistem ini individu mempunyai kontrol penuh mengenai faktor-faktor produksi, misalnya; tanah, modal dan tenaga kerja demi memproduksi barang dan jasa untuk meraih keuntungan yang besar. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kapitalisme dapat menciptakan dinamika ekonomi yang didorong oleh keinginan untuk meraih keuntungan pribadi.

Gender merupakan sebuah konsep yang melampaui sekedar distingsi jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, namun mencakup juga perilaku-perilaku yang dianggap sesuai dengan norma-norma sosial dan budaya yang berkembang dalam lingkup masyarakat. Dalam konteks demikian, gender menjadi fundamen untuk memahami peran dan fungsi yang diharapkan dari individu berdasarkan jenis kelamin yang ada (Daulay et al. 2024). Artinya bahwa gender merupakan sebuah konsep yang menyoroti distingsi atau perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan, yang bukan saja ditentukan oleh faktor biologis semata, melainkan juga pada struktur dan dinamika sosial yang ada dalam masyarakat.

Perspektif Nancy Fraser Mengenai Kapitalisme dan Gender
Sebagai seorang feminis sejati, Nancy Fraser selalu mempunyai pandangan yang konsisten mengenai permasalahan kapitalisme. Ia berpendapat bahwa kapitalisme tidak hanya merupakan suatu sistem ekonomi yang hanya mengatur produksi, distribusi dan pertukaran barang serta jasa, tetapi lebih dari itu kapitalisme merupakan sebuah tatanan sosial yang berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan manusia (Mudzakkir 2022). Artinya bahwa kapitalisme tidak saja mempengeruhi bagaimana sumber daya ekonomi dikelola dan didistribusikan, tetapi juga membentuk nilai-nilai dan relasi dalam masyarakat. Kapitalisme menciptakan semacam hierarki sosial yang didasarkan pada kepemilikan modal dan aset ekonomi, yang mengarah pada pembentukan kelas-kelas sosial yang berbeda dalam masyarakat. Jika dilihat secara seksama, kapitalisme juga mempengaruhi budaya, politik dan struktur kekuasaan dalam lingkup masyarakat sehingga menjadikannya lebih dari sekadar suatu sistem ekonomi, tetapi juga sebagai suatu ideologi yang menguasai cara berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kaitannya dengan ketidaksetaraan gender, hal ini mengandung arti bahwa laki-laki cenderung mendominasi kelas atas dan memiliki akses yang lebih tinggi terhadap sunber daya ekonomi dan kekuasaan dibandingkan dengan perempuan.

Kapitalisme memanfaatkan perbedaan gender yang ada untuk mempertahankan ketidaksetaraan. Misalnya dalam dunia lapangan kerja, perempuan cenderung diposisikan pada pekerjaan yang kurang dihargai dan sering kali mendapatkan upah yang lebih rendah, sementara laki-laki lebih menguasai bidang-bidang yang lebih bergengsi dan menguntungkan. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan upah antara laki-laki dan perempuan. Selain itu perempuan juga sering dihadapi dengan tanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga yang tidak diakui secara ekonomi, sedangkan laki-laki lebih memiliki peluang untuk maju dalam karir dan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi.

Pengaruh Negatif Kapitalisme Terhadap Persoalan Gender di Indonesia
Pengaruh negatif dari kapitalisme terhadap persoalan gender di Indonesia merupakan problematika yang sangat relevan dengan konteks sosial dan ekonomi saat ini. Kapitalisme sebagai sistem ekonomi yang dominan di berbagai negara, sudah memberikan dampak yang kompleks terhadap dinamika gender, terlebih di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Struktur ekonomi dan kekuasaan yang berlandaskan pada kapitalisme sering kali menjadikan perempuan rentan terhadap berbagai bentuk penindasan, eksploitasi dan diskriminasi. Bentuk-bentuk penindasan, eksploitasi dan diskriminasi yang dialami perempuan di Indonesia sebagai dampak dari adanya pengaruh negatif dari kapitalisme itu sendiri yang meliputi kesenjangan upah, objektifikasi perempuan, human trafficking, pernikahan paksa dan eksploitasi perempuan di tempat kerja. Berikut penjelasan ringkas mengenai dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari adanya pengaruh kapitalisme:

1) Kesenjangan upah
Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan terus menjadi isu yang penting di Indonesia. Meskipun pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat secarah keseluruhan, namun hal ini tidak serta merta mengurangi ketidaksetaraan gender di pasar tenaga kerja (Nuraeni and Lilin Suryono 2021). Walaupun menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memberikan peluang bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam perekonomian, namun hal ini dapat memperluas atau bahkan memperdalam kesenjangan gender dalam aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan struktur ekonomi. Dalam konteks kapitalisme, upah sering kali ditentukan oleh nilai produktifitas dan nilai pasar dari pekerjaan yang dilakukan. Namun karena diskriminasi gender di pasar tenaga kerja, perempuan sering kali dibayar rendah dibandingkan dengan laki-laki meskipun mereka melakukan pekerjaan yang sama (Lusiyanti 2020). Hal demikian menggambarkan bagaimana nilai produktifitas dan nilai pasar dari hasil pekerjaan perempuan sama sekali tidak mendapatkan porsi keadilan di dalamnya.

2) Objektifitas Perempuan
Kapitalisme dengan fokusnya pada profit dan pemasaran, mendorong objektifitas perempuan di media, industri pornografi, dan industri kecantikan, di mana perempuan sering kali dipandang sebagai objek konsumsi atau alat untuk memperoleh keuntungan ekonomi yang mudah. Objektifitas seksual dalam iklan terjadi ketika iklan tersebut memperlihatkan tubuh perempuan dengan cara yang menarik perhatian laki-laki, seperti menampilkan gambar yang meransang hasrat seksual. Hal ini membuat perempuan dianggap sebagai objek hanya untuk memuaskan keinginan seksual laki-laki semata (Hermawan and Hamzah 2017).

Perempuan sering kali diposisikan dalam iklan hanya sebagai robot seks. Hal ini membuat pandangan yang sempit terhadap perempuan, menjadikannya robot dalam stereotip yang merugikan diri sendiri dan menambah pandangan yang buruk dalam masyarakat. Dengan mengeksploitasi tubuh perempuan demi meningkatkan nilai penjualan, kapitalisme memperkuat pandangan dengan menempatkan perempuan sebagai alat untuk mencapai keuntungan finansial, tanpa memperhitungkan aspek kemanusiaan dari perempuan.

3) Human Trafficking
Di era modern ini persoalan mengenai perempuan masih terus berlanjut, di mana perempuan masih dijadikan sebagai objek kekerasan. Di Indonesia sendiri masih sangat kental dengan tindakan kekerasan terhadap perempuan. Salah satu isu mengenai objek kekerasan terhadap perempuan yaitu perdagangan manusia. Pada titik ini, sering kali perempuanlah yang menjadi korban perdagangan demi meraih keuntungan yang tinggi (Fadillah and Antio 2022). Praktik human trafficking atau perdagangan manusia selalu berorientasi pada kegiatan ilegal untuk memperdagangkan individu demi kegiatan prostitusi dan kerja paksa. Di sini, kapitalisme menjadi faktor utama karena fokusnya pada keuntungan dan eksploitasi sumber daya manusia. Keinginan untuk memaksimalkan keuntungan sering kali menyebabkan individu dan organisasi tertentu melanggar hak asasi manusia dan mengorbankan kesejahteraan pribadi untuk keuntungan ekonomi.

Sebagai pemilik modal, kaum kapitalis selalu memanfaatkan krisis ekonomi sebagai waktu yang tepat untuk beroperasi. Dan yang menjadi korban sering kali perempuan pada umumnya, karena tekanan ekonomi yang memaksa mereka untuk mencari pekerjaan di luar negeri dan menerima tawaran palsu yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik, dan pada akhirnya membuat mereka jatuh ke dalam jaringan human trafficking.

4) Pernikahan Paksa
Dalam konteks kapitalisme, sebuah pernikahan paksa atau pernikahan dini sering kali terjadi karena adanya tekanan ekonomi yang memaksa perempuan untuk menikah tanpa persetujuan mereka sendiri. Kapitalisme terus memperkuat pemahaman bahwa pernikahan paksa adalah wujud ekonomi yang menguntungkan, baik bagi individu maupun keluarga karena ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anaknya (Sari, Umami, and Darmawansyah 2020). Berhadapan dengan bentuk persoalan demikian, kaum kapitalis menggunakan kesempatan yang ada untuk berani melakukan apa saja demi melipatgandakan keuntungan dari kesepakatan yang ada.

Dalam konteks ekonomi yang tidak stabil, pernikahan dipandang sebagai cara untuk meningkatkan keamanan ekonomi, terutama bagi perempuan yang ingin menempuh pendidikan dan peluang kerja yang layak. Kenyataan ini membuat perempuan rentan menjadi korban pernikahan paksa, di mana keinginan dan hak mereka untuk menentukan masa depan mereka sendiri sering kali tidak dihiraukan demi kepentingan ekonomi dan sosial yang lebih besar.

5) Eksploitasi Seksual di Tempat Kerja
Dalam kaitannya dengan kapitalisme, eksploitasi perempuan di tempat kerja sering kali terjadi karena struktur kekuasaan dan ekonomi yang tidak berjalan seimbang antara majikan dan pekerja. Kapitalisme selalu mengutamakan nilai keuntungan di atas segalanya, sehingga kadang-kadang memunculkan praktik-praktik kecil yang merugikan hak dan martabat perempuan.

Dalam upaya meraih keuntungan, beberapa majikan mungkin memanfaatkan posisi kekuasaan mereka untuk mengeksploitasi pekerja wanita secara seksual. Hal ini bisa berupa pemaksaan terhadap pekerja perempuan untuk melakukan tindakan-tindakan seksual demi mempertahankan pekerjaan mereka dan mendapat promosi. Dalam keadaan pekerja perempuan yang sedang bergantung pada pekerjaannya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri maupun keluarga mereka, tindakan demikian mungkin menjadi lebih rentan terhadap mereka.

Solusi
Berhadapan dengan berbagai bentuk ketidaksetaraan gender yang ada, diperlukan solusi yang tepat untuk mengatasi semua ketimpangan tersebut. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan. Membuat kebijakan dan peraturan tegas yang berpihak pada perempuan. Misalnya; menaikan upah minimum untuk mengurangi kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan, mencanangkan cuti lahiran yang dibayar penuh, melarang kekerasan seksual di tempat kerja, menghukum berat pelaku perdagangan perempuan, dan menaruh perhatian kepada usaha kecil dan menengah yang dipimpin perempuan. Selain itu, pihak pemerintah dan otoritas media perlu mencanangkan aturan ketat untuk melarang objektifikasi perempuan dalam iklan dan media.

Penutup
Kapitalisme sebagai sistem ekonomi tidak saja berpengaruh pada produksi, distribusi dan pertukaran barang dan jasa, namun juga membentuk tatanan sosial yang lebih luas, termasuk konteks gender. Pandangan Nancy Fraser tentang kapitalisme menekankan bahwa sistem ini tidak saja menciptakan hierarki sosial berdasarkan kepemilikan modal dan barang ekonomi, tetapi juga mempengaruhi nilai-nilai masyarakat, hubungan sosial, dan struktur kekuasaan. Dalam konteks gender, kapitalisme cenderung meningkatkan kesenjangan dengan mendukung dominasi laki-laki atas perempuan dalam akses terhadap sumber daya ekonomi dan kekuasaan. Dampak negatif kapitalisme terhadap isu gender di Indonesia tercermin dalam berbagai aspek seperti ketimpangan upah, objektifikasi perempuan, perdagangan manusia, kawin paksa, dan eksploitasi seksual di tempat kerja. Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih menjadi isu penting karena perempuan sering kali mendapat penghasilan lebih rendah meskipun melalukan pekerjaan yang sama dengan laki-laki.

Objektifitas perempuan di media dan industri juga menjadi problem serius karena perempuan diposisikan sebagai objek pemuas keinginan seks laki-laki. Perdagangan manusia, kawin paksa, dan eksploitasi seksual di tempat kerja juga sering terjadi dalam konteks kapitalisme yang lebih mengutamakan keuntungan ekonomi dibandingkan dengan hak dan martabat perempuan. Bagi para penulis berikutnya diharapkan mampu melengkapi artikel ini dengan data empiris atau study kasus yang konkret. Misalnya menambahkan data statistik dan survei di Indonesia.

Daftar Pustaka

Daulay, Afrahul Fadhila, Tiara Anggraini Napitupulu, Cici Rusmaida, and Muhammad Zailani. 2024. “Konsep Dan Implementasi Kesetaraan Gender Di MTs Ali Imron Medan.” Jurnal Pendidikan Tambusai 8 (1): 1246–54.
Fadillah, Astuti Nur, and Sartik Antio. 2022. “Perdagangan Orang ( Human Trafficking ) : Aspek Kekerasan Terhadap Perempuan Di Indonesia.” S A N I S A : J u r n a l K r e a t i v i t a s M a h a s i s w a H u k u M 2 (2): 81–91. https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/4033/peringati-hari-dunia-anti-.
Hermawan, Herry, and Radja Erland Hamzah. 2017. “Objektifikasi Perempuan Dalam Iklan Televisi : Analisis Lintas Budaya Terhadap Iklan Parfum Axe Yang Tayang Di Televisi Indonesia Dan Amerika Serikat.” Jurnal Kajian Media 1 (2): 166–76. https://doi.org/10.25139/jkm.v1i2.721.
Lusiyanti, Lusiyanti. 2020. “Kesenjangan Penghasilan Menurut Gender Di Indonesia.” Jurnal Litbang Sukowati : Media Penelitian Dan Pengembangan 4 (1): 16. https://doi.org/10.32630/sukowati.v4i1.214.
Mudzakkir, Amin. 2018. “Krisis Kepedulian Dan Kapitalisme Dalam Pemikiran Nancy Fraser.” Respons 23 (02): 235–57.
———. 2022. Feminisme Kritis Gender Dan Kapitalisme Dalam Pemikiran Nancy Fraser. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Nuraeni, Yeni, and Ivan Lilin Suryono. 2021. “Analisis Kesetaraan Gender Dalam Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia.” Nakhoda: Jurnal Ilmu Pemerintahan 20 (1): 68–79. https://doi.org/10.35967/njip.v20i1.134.
Sari, Lezi Yovita, Desi Aulia Umami, and Darmawansyah Darmawansyah. 2020. “Dampak Pernikahan Dini Pada Kesehatan Reproduksi Dan Mental Perempuan (Studi Kasus Di Kecamatan Ilir Talo Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu).” Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan 10 (1): 54–65. https://doi.org/10.52643/jbik.v10i1.735.
Sule, Fransiskus. 2021. “Jurnal Ledalero.” Jurnal Ledalero 20 (1): 101–15. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2368531&val=10489&title=FUNDAMENTALISME RADIKAL DALAM PEMIKIRAN DAN GERAKAN POLITIK KEAGAMAAN DI INDONESIA STUDI KASUS PEMBUBARAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA HTI.
Zainol Hasan, and Mahyudi Mahyudi. 2020. “Analisis Terhadap Pemikiran Ekonomi Kapitalisme Adam Smith.” Istidlal: Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam 4 (1): 24–34. https://doi.org/10.35316/istidlal.v4i1.206.

The post Pengaruh Negatif Kapitalisme Terhadap Persoalan Gender dI Indonesia dalam Perspektif Nancy Fraser appeared first on JurnalPost.

SOURCE

viral

Share
Published by
viral

Recent Posts

Toko Perabot Jaktim Digembok saat Jasad Pedagang Ditikam Anak Ditemukan

Jakarta – Pintu rolling door toko perabot di kawasan Banjir Kanal Timur, Duren Sawit, Jakarta…

37 menit ago

Macron Ingatkan Perang Saudara Bisa Terjadi di Prancis, Ada Apa?

Paris – Presiden Prancis Emmanuel Macron melontarkan peringatan soal potensi “perang saudara” di negaranya menjelang…

37 menit ago

Galaxy Unpacked 10 Juli Siap Kenalkan Foldable Baru, Bagikan Trip ke Seoul Gratis

Jakarta, Gizmologi – Setelah bocoran wearables dan smartphone foldable terbaru Samsung mulai bermunculan sejak beberapa…

3 jam ago

BMH Sumut Terima Titipan Donasi Peduli Palestina dari Murid MI Lukman Al Hakim

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul BMH Sumut Terima Titipan Donasi…

12 jam ago

FOMO: Menghindari Kecemasan Dalam Berkomunikasi

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul FOMO: Menghindari Kecemasan Dalam Berkomunikasi…

12 jam ago

Upaya Mengurangi Pengangguran, Pemkot Bandung Dorong Lahirnya Wirausaha Baru

Bandung, Aesennews.com - Upaya mengurangi pengangguran di Kota Bandung dilakukan dengan sejumlah cara, termasuk mendorong lahirnya…

12 jam ago