Kisah Pawang Hujan
Catatan: Zak Sorga (sutradara teater dan sinetron)
Saya punya teman pekerja film yg sangat kreatif sekali. Sebut saja namanya R. Dia biasa menjadi Pimpro (pimpinan produksi).
Suatu kali dia dapat proyek membuat video klip, lokasi shotingnya di tengah lapangan golf yg begitu luas, jauh dari jalan dan tak ada pohon di tengahnya.
Maka sahabat saya si R ini pun mempersiapkan segalanya bersama sutradara dan crew.
Sang Penyanyi nanti akan bernyanyi dan menari-nari di tengah lapangan. Selendangnya akan melambai-lambai ditiup angin, background harus bersih tanpa ada tenda atau pun payung pelindung jika turun hujan.
Empatpuluh menit menjelang shooting produser datang meninjau, dia langsung menanyakan pada R,
âAman ya?â.
âInsyaAllah aman pak, semua sudah siap tinggal takeâ, jawab R.
Produser dengan pandanganya memperhatikan semua persiapan yang ada. Dari persiapan artistik, camera, sutradara, make up, costum dan lain-lain.
Sang Produser dengan serius lalu mendekati R, âPawang hujanya mana?â
R langsung terdiam karena dia memang tidak percaya pada persoalan begitu. Buatnya Pawang Hujan itu hanya pembohong, berlagak saja seolah bisa menahan atau mengalihkan hujan.
âPawang hujanya mana? Bisa berabe nanti kalau tiba-tiba hujan dan penyanyinya basah kuyupâ, tegas Sang Produser.
R langsung sigap berdiri dan menjawab, âSebentar pak, tadi sih katanya sudah otwâ.
R berjalan agak menjauh lalu berbisik menelpon seseorang.
âDin, mau duwit gak loe?â
âMaulah, lagi bokek nihâ, jawab orang yang di telpon (Udin).
âLoe cepat kemari, di lapangan golf Cilandak. Gua lagi shoting video klip. 30 menit sampai sini bisa kan?â.
âGua mesti ngapainâ, jawab Udin.
âGak usah ngapa-ngapain. Pokoknya loe datang pakai baju hitam-hitam kacamata hitam. Honornya limaratus ribuâ, jawab R ditelpon sambil tetap berbisik.
âOke!â, jawab si Udin.
R kemudian mendekati Pak Produser, âBeres boss, pawang hujanya sebentar lagi datang. Dia lagi makan bubur ayam di depanâ.
âSipâ, kata si Bos Produser senang.
Tigapuluh menit kemudian Udin dengan pakaian hitam-hitam dan kacamata hitam datang.
R langsung menyongsong dengan antusias.
âGua mesti ngapain?â tanya Udin.
R menjawab sambil memberi kode agar Udin ngomongnya pelan-pelan saja,
âLoe duduk saja di kursi merah itu. Disitu sudah ada kopi, rokok dan roti. Semua jatah loe.
Nah loe diem saja, jangan ngomong sepatah kata pun. Lihatin saja orang shoting sambil sekali-kali berdiri lihat langit.
Loe pura-pura jadi pawang ujanâ.
Udin melongo sambil nyengir, âOke deh, oke deh. Tapi limaratus ribu jadi kan?â.
Udin pun duduk tenang di kursi yang sudah disiapkan PU, sambil ngrokok-ngrokok sesekali dia memandang langit. Pura-pura komat-kamit. Memang dasarnya sudah tua dia, jadi pas banget.
Dan shooting pun berlangsung lancar, alhamdulillah hujan tidak turun.
Setelah itu Udin pun ngacir dengan motor bututnya sambil mengantongi uang limaratus ribu dia berteriak,
âR⌠besuk calling lagi yaaaâŚâ.
R menjawab dengan acungan jempol.
âSiiiipâŚ.!â
(Seperti diceritakan R pada saya).
Foto hanya ilustrasi.
*fb Zak Sorga