Categories: Berita

Indonesia On Track Lindungi Anak dari Bahaya Medsos, Lalu Apa?

Jakarta

Langkah Presiden Prabowo dan pimpinan Kementerian Komunikasi dan Digital menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) TUNAS merupakan tonggak penting dalam melindungi anak-anak dari dampak negatif media sosial.

Melalui aturan ini, Indonesia menunjukkan komitmen perlindungan anak setara dengan negara-negara maju seperti Prancis, Tiongkok, hingga Belanda, yang telah lebih dahulu menerapkan pembatasan ketat terhadap akses anak-anak terhadap media sosial.

PP TUNAS secara tegas membatasi akses media sosial bagi anak-anak di bawah 13 tahun, mengatur akses hanya dengan izin orang tua bagi anak-anak 13-15 tahun, melarang komersialisasi dan profiling anak, serta menetapkan tanggung jawab jelas bagi platform digital.

<!–

ADVERTISEMENT

–>

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

<!– SCRIPT REFRESH SLOT PARALLAX DETAIL SAAT VIEWPORT

document.addEventListener(‘DOMContentLoaded’, function () {
var adSlot_pd = document.getElementById(‘div-gpt-ad-1572507980488-0’);
var refreshInterval_pd; function refreshAd_pd() {
googletag.cmd.push(function () {
googletag.pubads().refresh([gpt_parallax]);
console.log(‘Slot Parallax Detail refreshed at ‘ + new Date().toLocaleTimeString());
});
} var observer_pd = new IntersectionObserver(function (entries) {
entries.forEach(function (entry) {
if (entry.isIntersecting) {
if (!refreshInterval_pd) {
refreshAd_pd(); // Refresh saat pertama kali terlihat
refreshInterval_pd = setInterval(refreshAd_pd, 30000); // Refresh setiap 30 detik
}
} else {
if (refreshInterval_pd) {
clearInterval(refreshInterval_pd);
refreshInterval_pd = null;
}
}
});
}, { threshold: 0.5 }); // Aktif saat 50% iklan terlihat di layar if (adSlot_pd) {
observer_pd.observe(adSlot_pd);
googletag.cmd.push(function () { googletag.display(‘div-gpt-ad-1572507980488-0’); });
}
});
–>

PP TUNAS bukan sekadar regulasi administratif, melainkan bentuk perlindungan nyata terhadap masa depan bangsa. Dalam usia pertumbuhan, anak-anak rentan terhadap kecanduan, tekanan sosial digital, cyberbullying, hingga paparan konten berbahaya. Maka, menjaga ruang digital tetap sehat bagi anak bukanlah pilihan, melainkan keharusan.

Namun, tugas belum selesai. Langkah berikutnya untuk menjaga tumbuh kembang anak adalah membatasi penggunaan gawai pintar di lingkungan sekolah.


ADVERTISEMENT

Negara-negara seperti Prancis, Tiongkok, Belanda, dan Australia telah membuktikan bahwa pelarangan gawai di sekolah meningkatkan konsentrasi belajar, memperkuat interaksi sosial, dan menurunkan tingkat kecemasan siswa.

Dengan tumbuh kembang anak sebagai fokus utama Pemerintah – dibuktikan dengan kebijakan MBG, perbaikan sekolah, Sekolah Rakyat, Sekolah Unggulan, dan berbagai kebijakan pro anak lainnya – Indonesia seharusnya tidak tertinggal dalam hal membatasi penggunaan gawai pintar di sekolah.

Selain itu, di era banjir informasi dan disinformasi, kita tidak bisa membiarkan anak-anak dan remaja menjelajah media sosial tanpa bekal kecakapan kritis.

Sudah saatnya ada mekanisme ujian literasi digital–khususnya kemampuan mendeteksi disinformasi–sebagai syarat penggunaan media sosial bagi semua orang di Indonesia.

Sama seperti mengemudikan kendaraan bermotor yang butuh SIM, mengakses alat berisiko tinggi seperti media sosial juga seharusnya mensyaratkan pemahaman minimum tentang cara kerja algoritma, bahaya hoaks, dan etika digital.

Langkah ini bukan untuk membatasi kebebasan, tetapi justru untuk memastikan kebebasan itu tidak mencelakakan. Media sosial, jika digunakan tanpa kecakapan, dapat menjadi racun yang merusak mental, sosial, bahkan demokrasi. Tapi jika digunakan dengan bijak, media sosial bisa menjadi alat pembelajaran, ekspresi diri, dan partisipasi publik yang sehat.

Pemerintah Indonesia sudah memulai langkah baik melindungi anak bermedia sosial lewat PP TUNAS. Kini saatnya memperluas perlindungan itu melalui pelarangan gawai di sekolah dan ujian kecakapan digital.

Anak-anak kita adalah aset masa depan. Tugas negara adalah memastikan mereka tumbuh di lingkungan yang mendukung potensi terbaiknya–di ranah digital, dan di dunia nyata.

Dirgayuza Setiawan. Adjunct Researcher Center for Digital Society UGM, Co-Founder Jaringan SMA Akademi Kader Bangsa dan Alumni Oxford Internet Institute.

(rdp/rdp)

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Selengkapnya

Idrtimes

viral

Share
Published by
viral

Recent Posts

Analysis of the importance of understanding how to avoid plagiarism in writing papers

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Analysis of the importance of…

2 jam ago

Diduga Anggaran Dana Desa Program Ketapang Tahun 2022 dan 2024 Desa Koranji ,- Pulosari di Duga Tak Maksimal : Inspektorat Harus Audit

AESENNEWS.COM, PANDEGLANG -Program ketahanan Pangan di programkan untuk mengatasi defisit pangan di tengah masyarakat agar…

2 jam ago

Pemdes Kadujangkung Diduga Abaikan Simbol NKRI Bendera kusam & Lusuh Masih Dipasang

AESENNEWS.COM, Pemerintahan desa di Kadu jangkung diduga telah abaikan simbol kebanggaan dan indentitas bangsa ,yaitu…

2 jam ago

Jemaah Haji RI Mulai Tiba di Makkah, Disambut Selawat hingga Mawar

Makkah – Jemaah haji Indonesia mulai berdatangan di Makkah, Arab Saudi. Mereka disambut dengan lantunan…

2 jam ago

Nelangsa 39 Bocah Sinaloa Meksiko Tewas Imbas Perang Kartel Narkoba

Sinaloa – Puluhan anak di Sinaloa, Meksiko tewas akibat kartel narkoba yang berperang. Bocah-bocah tak…

2 jam ago

Google Gunakan Kecerdasan Buatan Canggih untuk Lawan Penipuan di Chrome

GadgetDIVA - Google kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga keamanan pengguna internet. Kini, perusahaan teknologi raksasa…

7 jam ago