Categories: Berita

Feminisme: Anti Laki-laki atau Anti Patriarki?

JurnalPost.com – Feminisme belakangan ini selalu menjadi buah bibir di kalangan masyarakat Indonesia. Komentar-komentar miring mengenai feminisme ramai ditemui dimana-mana. Seorang perempuan tidak membenci laki-laki karena menurutnya sistem sosial saat ini sudah sesuai porsinya? Kalau begitu, dia tidak bisa menjadi seorang feminis. Seorang perempuan memiliki standar laki-laki idaman? Oh, dia tentunya seorang feminis dengan standar tidak masuk akal! Seorang perempuan berambisi menjadi pemimpin? Ah, sudah pasti dia feminis yang ingin mendominasi laki-laki! Pada dasarnya, feminis itu kaum pembenci laki-laki!

Tapi, apa benar itu adalah makna feminisme?

Anggapan bahwa seorang feminis berarti seseorang yang membenci laki-laki tentu tidak benar. Andrea Gaviota dalam bukunya yang berjudul ABC Feminisme menyebutkan bahwa feminisme adalah gerakan dengan spirit mengakhiri segala bentuk patriarki atau seksisme (Gaviota, 2021:4). Definisi serupa juga dikemukakan Bell Hooks dalam bukunya yang berjudul Feminism is for Everybody: Passionate Politics dimana ia mendefinisikan feminisme sebagai upaya untuk mengakhiri seksisme, eksploitasi, dan opresi yang didasarkan pada gender (Hooks, 2000:xii). Tidak ada satu frasa pun yang menyebutkan bahwa gerakan ini bertujuan melawan laki-laki karena pada dasarnya, satu-satunya pihak yang dilawan di sini adalah patriarki.

Feminisme mengakui bahwa laki-laki bisa diuntungkan sekaligus dirugikan oleh adanya ketidaksetaraan gender (Flood, 2007). Meski patriarki secara luas memberikan keuntungan bagi laki-laki, laki-laki dituntut untuk menunjukkan maskulinitasnya untuk mendapatkan keuntungan tersebut. Tuntutan maskulinitas pada laki-laki dapat dilihat pada ekspresi dan pilihan yang dibatasi. Sejak kecil, kita sudah akrab dengan mindset bahwa laki-laki harus kuat, laki-laki tidak boleh menangis, laki-laki itu jagoan, dan laki-laki harus terlihat sangar. Patriarki yang membudaya juga memberikan tuntutan pada laki-laki seperti harus cepat bekerja, menjadi tulang punggung keluarga, hingga harus berpenghasilan lebih tinggi dari istrinya. Feminisme bukan hanya tentang membebaskan perempuan tetapi juga membebaskan laki-laki dari belenggu patriarki (Hartsock, 1983). Oleh karena itu, berhenti definisikan patriarki sebagai laki-laki.

Lalu bagaimana dengan perempuan yang ingin menduduki posisi yang umumnya diduduki laki-laki? Semua harus sesuai porsinya, berhenti mencoba mendominasi!

Masalahnya adalah, banyak hal yang belum sesuai porsinya. Ketimpangan atau porsi satu gender yang di bawah porsi gender lainnya bukan merupakan definisi sesuai porsi. Hal tersebut terjadi karena porsi pembagian peran, tanggung jawab, kedudukan, dan kesempatan yang ada saat ini masih didasarkan pada gender atau merupakan proyeksi dari kerangka patriarki.

Politik adalah salah satu bidang yang identik dengan laki-laki. Tapi bukan berarti perempuan tidak bisa berpartisipasi. Data yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) dalam Gender Gap Report 2023 menyebutkan bahwa ketimpangan gender di bidang politik di Indonesia memiliki skor paling rendah dan jauh di bawah rata-rata global yaitu sebesar 0,181.

Pun dengan angka angkatan kerja perempuan di Indonesia yang memiliki selisih 28,93% dibanding dengan angkatan kerja laki-laki. Masih dalam hal kesempatan pekerjaan, Gender Wage Gap Report pada 2021 melaporkan bahwa rata-rata upah buruh perempuan 20,39% lebih rendah dari buruh laki-laki.

Tidak ada maksud percobaan dominasi atau perebutan porsi. Lagi, apa yang feminisme coba lakukan adalah meruntuhkan struktur patriarki sistemik yang mendominasi (Walters, 2005). Patriarki membuat masyarakat memiliki anggapan bahwa tanggung jawab dengan kedudukan tinggi, berwibawa, praktik lapangan, serta peran maskulin lainnya adalah untuk laki-laki. Hal tersebut kemudian membuat perempuan sulit berpartisipasi karena dianggap mencampuri porsi milik laki-laki. Pun dengan laki-laki yang akan mendapat stereotip buruk ketika hendak berpartisipasi pada peran yang dinilai tidak cukup maskulin, lagi-lagi akibat dari stigma yang dibentuk patriarki.

Berhenti memproyeksikan pemikiran misoginis ke dalam makna feminisme. Feminisme bukan gerakan perempuan melawan laki-laki, melainkan perlawanan terhadap patriarki. Feminisme pada dasarnya hanya menginginkan setiap orang untuk memiliki hak dan kesempatan yang setara tanpa ada pembatasan yang didasarkan pada gender mereka. Menjadikan feminisme sebagai ajang suatu gender anti terhadap gender yang lain tidak akan membuat tujuan setara itu terlaksana.

“I do not wish women to have power over men, but over themselves.”

Mary Wollstonecraft

Ditulis oleh: Hilma Dhelianti

REFERENSI
Flood, M., Gardiner, J. K., Pease, B., & Pringle, K. (2007). International Encyclopedia of Men and Masculinities. Routledge.
Gaviota, A. (2021). ABC Feminisme. Bright Publisher.
Hartsock, N. (2003). The Feminist Standpoint: Developing the Ground for a Specifically Feminist Historical Materialism. In Feminist Perspectives on Epistemology, Metaphysics, Methodology, and Philosophy of Science (pp. 283-310). Springer.
Hooks, B. (2014). Feminism is for Everybody: Passionate Politics. Routledge.
Walters, M. (2005). Feminism: A Very Short Introduction. Oxford University Press Incorporated.

The post Feminisme: Anti Laki-laki atau Anti Patriarki? appeared first on JurnalPost.

SOURCE

viral

Share
Published by
viral

Recent Posts

Fenomena Konten Kreator di Facebook Makin Berkibar: Begini Bocoran Cara Jadi Kreator Handal dan Raup Cuan!

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Fenomena Konten Kreator di Facebook…

4 jam ago

Magang di PT DMK Cargo, Mahasiswa UNTAG Sukses Ciptakan Konten Digital dan Direkrut sebagai Karyawan Kontrak

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Magang di PT DMK Cargo,…

4 jam ago

Petani Desa Majau Tebus Pupuk Bersubsidi Diatas HET ini Kata Korlu Kecamatan Saketi

AESENEWS.COM ,PANDEGLANG  - Kordinator Lapangan ( Korlu ) Kecamatan Saketi Mulyantara angkat bicara setelah mengetahui…

4 jam ago

Uyung Iskandar Pemilik Media Bungas Banten, Resmi Ditunjuk Plt.Ketua SMSI kabupaten Pandeglang

AESENNEWS.COM, SERANG - Pemilik Media Bungas Banten, Uyung Iskandar ditunjuk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Ketua…

4 jam ago

Bom Bunuh Diri Meledak di Kamp Tentara Somalia, Sejumlah Orang Tewas-Terluka

Jakarta – Aksi bom bunuh diri terjadi di kamp tentara Somalia di Mogadishu. Bom itu…

4 jam ago

Serukan Perdamaian, Paus Leo XIV Singgung Kondisi Ukraina hingga Gaza

Jakarta – Paus Leo XIV menyerukan perdamaian di Ukraina saat Misa pelantikannya di Lapangan Santo…

4 jam ago