Warga Manggarai Barat NTT Dukung Proyek Strategis Nasional

Manggarai, Berita – Masyarakat di Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT), siap menjaga situasi keamanan untuk mendukung pembangunan daerah maupun pusat khususnya proyek-proyek strategis nasional.

Sebelumnya mantan Bupati Manggarai Barat, Fiidelis Pranda pernah mengusulkan untuk perluasan ibu kota di lokasi hutan Bowosie, Desa Guruntalo yang ditempati masyarakat seluas 150 hektare untuk permukiman dan area pertanian.

“Masyarakat tidak mempersoalkan pihak Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) membangun fasilitas atau infrastruktur pariwisata di lokasi yang sudah legal, asalkan tidak membangun di atas lokasi yang sudah ditempati oleh warga sejak lama,” kata Juru Bicara (Jubir) Kesatuan Masyarakat Racang Buka (KMRB), Stefanus Herson, dalam keterangannya Sabtu (19/2/2022).

Dia menjelaskan pemerintah daerah tidak pernah mengusir warga untuk keluar dari lokasi yang telah diduduki atau ditempati. Sebaliknya, Stefanus Herson menyebut pemerintah menjadikan daerah itu untuk permukiman dan pertanian.

“Buktinya lahirnya SKB empat menteri dan ada panitia IP4T yang ketuanya BPN Mabar,” jelasnya.

Untuk diketahui, wilayah hutan yang terbentang dari batas kota Labuan Bajo sisi barat sampai hutan lindung Mbeliling sisi timur ini berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Wae Kelambu, Desa Gorontalo, Golo Bilas dan Nggorang.

Empat kelompok masyarakat yang terdiri dari kelompok Rade Sahe, Lengko Cowang, Racang Buka dan Golo Wae Nahi menolak pembangunan fasilitas tersebut. Penolakan ini lantaran lahan garapan yang selama ini menjadi mata pencaharian warga setempat terancam digusur oleh proyek pembangunan tersebut.

Hal senada dikatakan Kordinator Kesatuan Komunitas Masyarakat Racang Buka, Wihelmus Warung. Menurutnya masyarakat mengakui mereka saat ini mendiami kawasan hutan karena tidak memiliki pekerjaan dan lahan untuk dijadikan tempat tinggal dan lokasi perkebunan.

Menurut Wihelmus Warung, dari empat kelompok warga, salah satu kelompok telah menempati area tersebut sejak 1985 yaitu Golo Wae Nahi. Total masyarakat yang berada di lokasi itu berjumlah lebih dari 375 hingga 635 jiwa.

“Warga mengaku menempati lokasi tersebut sejak tahun 1985, 1999 sampai 2008. Artinya sebelum dan sesudah Kabupaten Mabar mekar dari Kabupaten Manggarai,” ungkap Wihelmus.

Saksikan live streaming program-program BeritaSatu TV di sini

Sumber: BeritaSatu.com

beritasatu

Recommended
Mobil – Produksi Chip semikonduktor yang terhambat menjadi penyebab dari…