Sosok Sang Pengabdi Sejati, Tulus Dari Hati

Sosok Sang Pengabdi Sejati, Tulus Dari Hati
Foto ketika usai wawancara dengan kang Yani

Oleh: Ahmad Fadhil
Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

JurnalPost.com – Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag atau yang akrab dipanggil Kang Yani merupakan pria asal Desa dan berjuang di Kota, yang memfokuskan diri untuk terus mengutamakan kepentingan umat. Sesuai dengan prinsip yang selalu kang Yani pegang ‘khairunnas anfauhum linnas’ sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semangat juang kang Yani tak pernah putus, kehidupan sehari-harinya selalu dilakukan untuk bermanfaat bagi orang lain. Sebagai bukti, kang Yani mengabdi selama 22 tahun tanpa gaji untuk memajukan Masjid Raya At-Taqwa, hal itu tentunya ia lakukan tanpa putus (istimror). At-Taqwa centre menjadi saksi dari perjalanan pengabdian kang Yani, yang dulunya pengunjung begitu sepi dan belum terdapat masjid yang sekeren sekarang ini, lalu berubah drastis ramai pengunjung bahkan sampai menjadi tempat wisata religi yang luarbiasa. Semua itu bukan dilakukan dengan mantra bimsalabim abrakadabra apalagi menggunakan tongkat ajaib. Akan tetapi, hal itu berkat kontribusi Kang Yani selaku Ketua Umum DKM beserta rekan-rekan selama menjadi pengurus At-Taqwa centre.

Perjalanan pengabdian kang Yani tak selamanya mulus, bahkan begitu banyak tantangan dan rintangan yang harus ia hadapi. Tapi, tentunya kang Yani tetap berjuang dengan niat berdakwah dijalan Allah SWT. Dislike terus bermunculan ketika awal kang Yani memimpin At-Taqwa Centre, yang disebabkan pada saat itu usia kang Yani masih terbilang muda untuk menahkodai Masjid terbesar di Kota Wali yaitu 37 tahun. Tentunya usia tersebut dipandang masih belum matang atau mumpuni dari segi pengalaman oleh berbagai kalangan. Namun pada akhirnya, seiring berjalannya waktu orang-orang yang tidak suka pada kang Yani berbalik 180 derajat membanggakan kang Yani karena konsisten dalam memajukan At-Taqwa centre secara totalitas.
Kang Yani memilih Masjid sebagai tempat pusat pengabdian tentunya bukan tanpa alasan, ia memiliki filosofi; yang pertama kang Yani banyak belajar dari kehidupan Rasulullah SAW.

Rasulullah sering meneladankan kebaikan semasa hidupya. Sebagaimana dalam sejarah Islam bahwa Rasulullah mulai mengembangkan dakwahnya di masjid. Maka, kang Yani pun berpikir untuk mencerdaskan umat, membangun masyarakat, serta mengembangkan potensi diri akan lebih efektif jikalau dilakukan di Masjid. Lalu filosofi yang kedua ialah Masjid bisa menjadi benteng untuk siapa saja dari segala hal yang bisa membawa kepada kenistaan. Maka bagi kang Yani, masjid akan menjadi tempat untuk menebarkan kebaikan dan mengembangkan kesalehan. Sebab, Masjid adalah rumah Allah yang tentunya mempunyai fungsi untuk menguatkan ketaatan dalam memajukan peradaban Islam. Dan filosofi yang ketiga ialah pada zaman dahulu Rasulullah menjadikan masjid sebagai pijakan pertama untuk berdakwah. Oleh karena itu, kang Yani pun memantapkan diri untuk memulai berdakwah dengan pengabdian di Masjid.

Dengan prinsipnya ‘khairunnas anfauhum linnas’ lalu ditambah pula dengan keteladanan Rasulullah SAW yang begitu meresap pada hatinya, saat ini kang Yani telah berhasil mewujudkan Masjid At-Taqwa kota Cirebon sebagai Central of islamic and social activity. Yang dahulu kala, kang Yani hanya bisa membayangkan gambaran masjid-masjid yang makmur pada saat tidurnya, namun dengan kepercayaan nya pada janji Allah SWT tentang ‘apabila kita bermanfaat untuk orang lain, maka Allah akan memberikan kemudahan hidup’, maka terbukti bahwa semasa keterlibatannya menjadi pengurus At-Taqwa centre Allah SWT selalu mempermudah kehidupan kang Yani. Kini, At-Taqwa centre bisa mengumpulkan infaq sebesar tiga miliar rupiah setiap tahun dibawah kepemimpinan kang Yani dan rekan-rekannya. Maka hal tersebut membuat At-Taqwa centre tidak harus bergantung pada dana dari pemerintah kota, serta dengan hal tersebut Masjid raya At-Taqwa telah menjadi masjid termakmur di Jawa Barat dengan jumlah infaq tertinggi. Bahkan, sampai saat ini pemerintah daerah manapun belum ada yang mampu mengeluarkan rutinan dana sebesar tiga miliar untuk keperluan masjid, dan hanya At-Taqwa centre yang membuktikan bahwa dapat menembus dana sebesar itu.

Tidak hanya berhenti disitu, catatan perjalanan panjang pengabdian kang Yani yang saat ini telah menjadikan masjid raya At-Taqwa kota Cirebon lebih makmur, mandiri, maju, bahkan menjadi destinasi wisata religi dan pusat aktivitas keislaman, kang Yani pun memperoleh keberkahan atas semua itu, tanpa disangka-sangka bagai ada petir di siang bolong kang Yani dinobatkan oleh Walikota kota Cirebon sebagai tokoh bidang keagamaan tepat di ulang tahunnya yang ke 43 tahun pada acara ‘Penganugerahan Putra-Putri Terbaik Kota Cirebon Tahun 2017’. Oleh karena itu, tak heran jika kang Yani dinilai sangat positif oleh keluarga, rekan sejawat, serta sahabatnya. Mulai dari ibundanya, istri, adik kandung, kemudian pihak pemerintah kota Cirebon seperti walikota dan seluruh jajarannya, adapula dari kalangan ulama, awak media, lalu birokrat perguruan tinggi, bahkan ada juga stakeholder dari luar negeri. Yang dimana mereka semua selalu mendukung kang Yani dan bangga pada apa yang telah kang Yani lakukan untuk umat.

Semua itu yang telah kang Yani perbuat dan dapatkan tentunya tak lepas dari restu sang ibunda, dengan berbekal restu itu yang bahkan sempat terhambat karena didasari rasa kekhawatiran yang sangat besar seorang ibu, tetapi lambat laun ibundanya semakin yakin dan percaya pada sang anak untuk menjalani hidup yang mulia dengan nilai-nilai agama. Maka ketika kang Yani mendapat restu untuk jihad fi Sabilillah dari ibunda, kang Yani terus berproses demi mengabdi untuk mensejahterakan umat. Agar Islam menjadi semakin damai, erat, dan juga berkembang pesat.

The post Sosok Sang Pengabdi Sejati, Tulus Dari Hati appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
Picture : Bapak Rasidin Penarik Becak Oleh: Slamet Riyadi Mahasiswa…