Presiden Rusia, Vladimir Putin dalam konferensi pers setelah bertemu dengan Kanselir Jerman Olaf Scholtz di Kremlin hari Selasa (15/2/2022) mengatakan dirinya meminta Barat untuk menahan diri dari menyebarkan senjata ofensif di perbatasan Rusia dan menyerukan penghentian ekspansi NATO ke kawasan timur.
Putin menekankan bahwa Rusia tidak menghendaki perang, oleh karena itu berinisiatif untuk memulai perundingan.
Menyinggung pada situasi yang memanas di Ukraina timur, Putin mengatakan bahwa apa yang terjadi di Donbass adalah kasus genosida dan pemerintah Kiev secara sistematis melanggar hak asasi manusia dengan berbagai cara, termasuk dengan mendiskriminasi penduduk Ukraina yang berbahasa Rusia.
Presiden Rusia juga mengungkapkan resolusi Duma yang mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk. Putin juga mengatakan bahwa dia masih mengharapkan kesepakatan Minsk dan belum terlambat untuk mengimplementasikannya.
Duma Rusia meloloskan resolusi pada hari Selasa dengan 351 suara mendukung, 16 menentang dan satu abstain. Resolusi ini telah dikirim ke kepresidenan Rusia untuk implementasi, dan jika Putin menandatanganinya, Rusia akan mengakui republik Donetsk dan Luhansk.
Penekanan Putin pada keengganan Rusia untuk berperang dengan Ukraina sebenarnya merupakan reaksi terhadap meluasnya perang psikologis dan propaganda Barat, khususnya Amerika Serikat, tentang kesiapan penuh Rusia untuk menyerang Ukraina.
Amerika Serikat memainkan peran kunci dalam memimpin NATO, dan mengklaim serangan Rusia ke Ukraina akan terjadi pada Rabu, 16 Februari 2022. Namun, dari sudut pandang Moskow, tuduhan itu hanyalah alasan bagi Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya untuk dan meningkatkan kehadiran militernya di Eropa Timur, serta Laut Hitam dan Laut Baltik yang berdekatan dengan Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia hari Selasa mengatakan bahwa latihan militer oleh sejumlah pasukan Rusia di Belarus telah selesai dan proses pemulangan telah dimulai.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa propaganda Barat tentang dimulainya perang Rusia melawan Ukraina telah gagal. Namun, Washington terus mengulangi klaim sebelumnya.
Zakharova Selasa malam mengatakan,”Serangan Rusia ke Ukraina masih mungkin dan kita harus memberikan diplomasi setiap kesempatan untuk memenangkan krisis Ukraina. Itu harus memindahkan kehadiran militernya di luar perbatasan Ukraina,”.
Terlepas dari pendekatan Amerika Serikat yang provokatif dan agresif, negara-negara besar Eropa, terutama Jerman dan Prancis prihatin dengan konsekuensi bencana perang di kawasan Eropa Timur.
Setelah bertemu dengan Putin, Kanselir Jerman, Olaf Scholz dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa penempatan pasukan Rusia di dekat Ukraina adalah sebuah ancaman, tapi masih mungkin untuk mengadakan pembicaraan dan mengakhiri krisis saat ini, dan penaarikan tentara Rusia dari perbatasan Ukraina sebagai langkah penting.
“Keanggotaan Ukraina di NATO saat ini tidak ada dalam agenda NATO,” kata Scholtz.
Dengan demikian, Eropa ingin mengurangi ketegangan dan menenangkan situasi antara Rusia dan Ukraina, sementara Amerika Serikat terus-menerus mengobarkan api ketegangan di kawasan Eropa Timur.(PH)