PKM Universitas Pamulang: Ketahanan Pangan Desa Cihowe lewat Media Sosial

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul PKM Universitas Pamulang: Ketahanan Pangan Desa Cihowe lewat Media Sosial

PKM Universitas Pamulang: Ketahanan Pangan Desa Cihowe lewat Media Sosial

Cihowe, Bogor, JurnalPost.com – Sebanyak 18 mahasiswa dari program studi Magister Manajemen Pendidikan S2 kelas 01MPDE002 Universitas Pamulang (Unpam) sukses menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) di Desa Cihowe, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada 25-27 April 2025.

Kelompok 18 yang terdiri dari 5 orang mahasiswa, mengusung tema “MEWUJUDKAN BUDAYA ORGANISASI YANG MENDUKUNG PROGRAM KERJA KETAHANAN PANGAN MASYARAKAT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA SOSIAL PADA KELURAHAN CIHOWE KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR”. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun budaya organisasi yang kuat serta memanfaatkan media sosial untuk mendukung program kerja ketahanan pangan masyarakat di tingkat kelurahan.

Upaya mewujudkan ketahanan pangan berbasis masyarakat semakin mendapatkan perhatian serius di Kelurahan Cihowe, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Dalam sebuah pertemuan yang dipandu oleh Dr. Sri Utaminingsih, S.H., S.Pd., M.M.Pd., M.H., berbagai strategi dan gagasan untuk memperkuat budaya organisasi berbasis keluarga dan masyarakat dibahas secara mendalam.

Ibu Sri menekankan bahwa kemajuan sebuah desa sangat ditentukan oleh peran aktif ibu-ibu. Melalui program seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), para ibu menjadi ujung tombak perubahan melalui interaksi langsung dengan masyarakat. Sementara itu, para bapak umumnya sibuk bekerja dari pagi hingga sore, sehingga keterlibatan ibu menjadi sangat vital dalam penggerakan sosial.

Dalam pandangan beliau, berumah tangga pun merupakan bentuk organisasi sederhana, karena melibatkan lebih dari satu orang: ayah, ibu, dan anak. Maka, membangun budaya organisasi yang sehat sebaiknya dimulai dari keluarga. Pendidikan pertama anak-anak terjadi di rumah, dan ibu menjadi aktor utama dalam membentuk karakter mereka.

Di era digital seperti sekarang, pemanfaatan media sosial juga menjadi sorotan. Ibu-ibu dinilai perlu lebih cerdas menggunakan media sosial, tidak hanya untuk hiburan seperti menonton atau melihat resep masakan saja, tetapi juga untuk mengedukasi diri dan menyebarkan hal-hal positif kepada masyarakat.

Lebih lanjut, Ibu Sri menyinggung pentingnya memahami delapan fungsi keluarga yang diatur pemerintah. Ini mencakup pemenuhan kebutuhan gizi, pemberian kasih sayang, perhatian, dan perlindungan terhadap anak. Dalam keluarga, bukan hanya ibu yang berperan, tetapi ayah juga harus aktif mendidik dan melindungi anak-anak mereka sesuai amanat Undang-Undang Perlindungan Anak.

Seiring dengan meningkatnya pendidikan anak-anak, mereka menjadi lebih kritis dan cerdas. Ibu Sri mengingatkan adanya tantangan baru, seperti anak yang berani melaporkan orang tua ataupun guru karena merasa hak-haknya dilanggar. Hal ini membuat hubungan orang tua dan anak harus dibangun berdasarkan komunikasi yang sehat dan penuh pengertian.

Menurut beliau, orang tua harus menghindari terlalu memanjakan anak, karena dapat membuat mereka tidak mandiri. Ketika terjadi masalah, tidak boleh langsung menyalahkan anak, tetapi mencari solusi bersama. Kasih sayang kepada anak perlu disalurkan dengan ilmu pengetahuan dan pendekatan yang sesuai zaman.

Menariknya, Ibu Sri juga menyoroti pentingnya adaptasi terhadap budaya dan tren generasi muda. Terlalu banyak larangan justru bisa membuat anak-anak menjadi semakin nakal. Komunikasi terbuka menjadi kunci utama.

Selain berbicara tentang peran keluarga, Ibu Sri mengingatkan peran strategis PKK. Ibu-ibu PKK harus menjadi teladan bagi masyarakat lainnya. Sepuluh tugas pokok PKK harus diimplementasikan tidak hanya dalam kegiatan seremonial, tetapi dalam keseharian keluarga, dengan mengutamakan kebiasaan hidup sehat dan bersih.

Dalam kesempatan tersebut, Ibu Sri juga berbagi kisah inspiratif tentang pengabdiannya. Beliau adalah pendiri PAUD sejak tahun 2002 dan aktif mengelola Posyandu serta PKK selama 8 tahun, hingga mendapatkan penghargaan dari tingkat ASEAN.

Tidak hanya itu, program inovatif juga diperkenalkan, seperti kerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DKUKM) dalam bentuk program serupa BPJS. Program ini menawarkan iuran ringan sebesar Rp2.000 per hari, bekerja sama dengan puskesmas dan disediakan loket khusus, memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.

Melalui kolaborasi budaya organisasi keluarga, pemanfaatan media sosial, serta dukungan program-program inovatif, Kelurahan Cihowe optimistis bisa mewujudkan ketahanan pangan masyarakat yang berkelanjutan. (Dora Rostiana/Unpam)

Oleh: Dora Rostiana
S2 Manajemen Pendidikan Universitas Pamulang

The post PKM Universitas Pamulang: Ketahanan Pangan Desa Cihowe lewat Media Sosial appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul…