Perundingan putaran kelima antara Republik Islam Iran dan Arab Saudi telah berlangsung di Baghdad, ibu kota Irak, dan tentunya landasan untuk pembicaraan putaran keenam telah disiapkan.
Meskipun perundingan Iran dengan Arab Suadi dimediasi oleh Irak, namun Oman juga memainkan peran positif dalam putaran kelima pembicaraan tersebut. Oman sebelumnya telah memainkan peran dalam perundingan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat.
Selain itu, Oman juga berperang dalam negosiasi antara Yaman dan Arab Saudi, oleh karena itu peran Muscat dalam pembicaraan putaran kelima antara Iran dan Arab Saudi dapat menjadi tanda perluasan ruang lingkup pembicaraan dan perluasannya dari dimensi bilateral ke dimensi regional.
Putaran kelima pembicaraan antara Tehran dan Riyadh mengalami perkembangan yang baik dalam hal peningkatan kualitas dan kuantitas delegasi perundingan, dengan kehadiran Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kazemi.
Terlebih bahwa pembicaraan putaran kelima adalah titik akhir pembicaraan keamanan dan masuknya pembicaraan politik. Atas dasar ini, dikatakan bahwa negosiasi putaran keenam akan berada di tingkat politik dan antara menteri luar negeri kedua negara.
Cara interaksi dan reaksi terhadap pembicaraan putaran kelima juga mencerminkan informasi yang berguna dan relevan dalam hal ini. Iran telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk melanjutkan pembicaraan dengan Arab Saudi, dan kelanjutannya tergantung pada kehendak pihak lawan runding, dan mengingat kemandirian praktis yang dimilikinya di bidang kebijakan luar negeri, maka berita pembicaraan putaran kelima dan hasilnya telah diumumkan.
Tetapi Arab Saudi telah bertindak dengan konservatisme dan kehati-hatian, dan tampaknya masih memiliki kesombongan palsu dan tidak ingin kebutuhannya atas negosiasi terungkap ke publik sehingga berkhayal untuk memiliki daya tawar yang tinggi dalam putaran negosiasi berikutnya, atau mungkin Arab Saudi khawatir jika perundingannya dengan Iran akan menimbulkan ketidakpuasan, bahkan kemarahan rezim Zionis Israel.
saud

Rezim Zionis telah membuka pintu untuk rekonsiliasi dengan negara-negara Arab di Teluk Persia dengan tujuan merusak hubungan persahabatan historis dan mengakar dari negara-negara ini dengan Iran, dan menarik dan merangkul mereka dengan menggunakan proyek Iranophobia.
Rezim Zionis telah menarik beberapa negara Arab kecil, yang kebetulan adalah teman dan sahabat Arab Saudi, dan berharap untuk memasukkan Riyadh dalam rangkulannya di masa depan. Oleh karena itu, rezim Zionis melihat rekonsiliasi dan pengurangan ketegangan dalam hubungan antar Iran dan Arab Saudi sebagai ancaman, dan ini bisa menjadi salah satu alasan bagi rezim Al Saud untuk merahasiakan pembicaraan putaran kelima dengan Iran.
Tentu saja, Israel tidak sendirian dalam keengganannya untuk mengurangi ketegangan hubungan antara Iran dan Arab Saudi, dan itu juga termasuk negara-negara Barat, terutama yang menjadi penjual senjata utama ke Arab Saudi.
Dengan mengejar kebijakan pengecut dan tidak manusiawi ini, negara-negara itu telah menyuntikkan ratusan miliar dolar modal dan pendapatan minyak Arab Saudi, yang bisa dihabiskan untuk pembangunan domestik dan regional, ke pabrik-pabrik senjata mereka, dan membunuh ribuan orang di Yaman.
Sejauh ini, tidak ada negara Barat yang menyambut baik pengumuman keberhasilan perundingan putaran kelima antara Iran dan Arab Saudi, dan tinjauan terhadap pendekatan media dan kantor berita Barat menunjukkan bahwa mereka telah memboikot berita, atau segera setelahnya menyinggung putaran kelima pembicaraan antara Iran dan Arab Saudi, mereka membahas konflik kedua belah pihak dan berusaha agar jarak antara Tehran dan Riyadh tetap ada dengan cara menggunakan proposisi sejarah atau perpecahan etnis dan agama.
Tindakan seperti di atas menunjukkan bahwa menciptakan jarak dan permusuhan antara Iran dan Arab Saudi atau dengan negara-negara Islam dan Arab lainnya, akan merusak dan membawa malapetaka bagi negara-negara ini, dan hal ini kebalikan bagi rezim Zionis dan pedagang senjata lainnya di Barat.
Atas alasan itu, rezim Zionis dan sekutunya melihat setiap pembukaan dalam hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai ancaman. Tidak diragukan lagi bahwa semua upaya untuk mencegah hal itu telah dan akan dilakukan oleh Zionis.
Pembukaan baru-baru ini dalam hubungan antara Tehran dan Riyadh akan membuahkan hasil ketika Arab Saudi waspada terhadap berbagai gerakan sebotase yang mungkin akan terjadi. (RA)