
Berita, Jakarta – Setelah pendiri Facebook Mark Zuckerberg menyampaikan untuk mengubah identitas perusahaannya menjadi Meta. Metaverse menjadi hal yang paling banyak dibahas di dunia.
Apalagi metaverse ini menawarkan pengalaman imersive untuk para penggunanya. Karena itu perbankan juga mulai melirik teknologi ini untuk melayani nasabah.
Metaverse ini disebut-sebut sangat sensasional karena perkembangannya yang sangat cepat dan peluang yang besar.
Baca Juga: Seoul Akan Menjadi Kota Pertama yang Memasuki Metaverse?
Menurut Founder Shinta VR Andes Rizky mengungkapkan jika banyak perbankan di luar negeri seperti KB Kookmin Bank, Industrial Bank of Korea, NH Nonghyup dan Hana Bank mengungkapkan mulai masuk ke metaverse untuk meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya.
Selain itu Bank of America, BNP Paribas dan Bank of Kuwait serta Mecrobank di Swedia juga sudah mulai masuk ke Metaverse.
Baca Juga: Makna Logo Baru Meta yang Gantikan Facebook
“Semua teknologi yang memungkinkan masih belum ada. Tapi metaverse sangat masuk akal dan seperti menghubungkan titik dari banyak teknologi,” kata dia dalam diskusi online, Rabu 26 Januari 2022.
Industri perbankan, lanjut Andes, adalah salah satu industri yang paling diuntungkan dengan adanya teknologi metaverse. “Kenapa? Karena pengalaman imersif yang ada pada metaverse mampu menciptakan pengalaman baru (new experience) yang mendalam sehingga bisa memuaskan pelanggan (customer satisfaction),” jelas dia.
Dia mengungkapkan bahwa pengalaman baru membuat pelanggan lebih bahagia daripada obyek fisik. Perusahaan yang lebih memprioritaskan pengalaman daripada produk/fitur memiliki kemungkinan rujukan 200% lebih besar dan loyalitas pelanggan 25% lebih banyak.
Baca Juga: Makna Logo Baru Meta yang Gantikan Facebook
“Teknologi metaverse dengan pengalaman imersifnya mampu mengaburkan batas antara kenyataan dan dunia virtual. Nah, saya kira, bank tak perlu lagi menunggu dalam keraguan, sebab di metaverse ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan bank,” tutur Andes.
Dilansir dari detikcom, Pakar Transformasi Digital Bayu Prawira Hie mengungkapkan memang teknologi ini sebagian besar akan menggeser peran manusia. Karena itu manusia juga harus menyiapkan skill baru untuk bisa tetap survive.
“Misalnya yang paling mudah itu penjaga pintu tol, sekarang mereka ke mana? Karena itu manusia juga harus siap dengan perubahan dan pekerjaan baru. Harus benar-benar siap menghadapi digitalisasi dan new economic,” jelas dia.