Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat

Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat
NAMA:YUMNA HILMI NASTITI
NIM:202210410311193
JURUSAN:FARMASI

JurnalPost.com – Agama pada dasarnya bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara umum, agama mewajibkan manusia untuk berbuat baik dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, termasuk masalah kesehatan. Masyarakat Indonesia sering disebut sebagai masyarakat yang religius karena setiap anggota masyarakat memeluk suatu agama atau kepercayaan dan melaksanakan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Tubuh yang sehat sebagai cerminan kesehatan fisik, ketenangan hati sebagai cerminan kesehatan jiwa, dan nutrisi harian sebagai cerminan kesehatan masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesehatan tidak berada dalam keadaan yang stabil antara aspek fisik, mental, sosial dan lingkungan. Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan bukan hanya keadaan sakit, cacat atau kelemahan. Peraturan-peraturan dan ketentuan yang ditetapkan agama terlebih dalam Islam sendiri diantaranya yaitu serangkaian ibadah, norma-norma,nilai-nilai, serta Al- Qur’an dan Hadis sebagai rujukan utama. Adanya perintah serta larangan agama akan memberi dampak pada perilaku dan kestabilan kehidupan masyarakat.

Menurut para ahli, dari populasi manusia di seluruh dunia, satu dari empat orang memiliki masalah pada hal kejiwaan. Ada beberapa kriteria jiwa yang sehat pada seseorang, diantaranya:merasa bebas secara relatif dari kecemasan serta ketegangan, mampu beradaptasi dengan kenyataan secara konstruktif, meski kenyataan tersebut buruk, memiliki rasa kepuasan tersendiri ketika bisa memberi dibanding menerima, mendapat kepuasan dari perjuangan atau usaha dalam hidupnya, memiliki daya kasih yang kuat dan besar , saling memuaskan dan tolong menolong dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. Namun, sesuai fakta yang terjadi kerap kali terdapat masalah- masalah gejala gangguan kejiwaan yang dialami tiap orang. Penyakit gangguan jiwa nantinya akan mempengaruhi tingkah laku, pikiran, emosi, timbulnya efek negatif dalam kehidupannya dan juga berdampak pada keluarganya. Mengenai masalah kesehatan jiwa ini sangatlah penting untuk mendapat perhatian lebih terutama dari seluruh masyarakat dan seluruh jajaran pemerintah. Kerap kali sesorang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa atau mentalnya mendapat deskriminasi dari lingkungan sekitarnya seperti halnya diberhentikan dari sekolah atau pekerjaan. Dengan adanya perilaku semacam itu terhadap penderita gangguan kesehatan jiwa sangatlah memprihatinkan dan seharusnya mendapat perhatian lebih.

Agama juga memiliki peran sentral dalam menentukan kehidupan manusia. Mengenai perilaku melanggar yang dilakukan oleh tiap individu maupun kelompok terhadap aturan-aturan agama kemungkinan memiliki beberapa faktor, baik yang dipengaruhi faktor lingkungan dan dapat juga disebabkan oleh kepribadiannya. Dari adanya pelangaran tersebut nampaknya tidak sulit bagi seseorang yang beragama untuk kembali pada hal semestinya yang dilakukan dalam menaati perintah agama. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai unsur batin yang memiliki kecenderungan untuk mendorong seseorang patuh/tunduk pada Dzat yang gaib atau Maha Kuasa. Ketundukan inilah yang menurut psikologi kepribadian merupakan faktor intern yang dinamakan conscience of man (hati nurani).

Kesehatan juga merupakan hal yang diidamkan oleh tiap individu, apalagi terkait dengan kesehatan mental atau jiwa. Dengan sehatnya jiwa dapat menunjang seluruh aktivitas dalam kehidupan manusia terlaksana dengan baik. Namun, di Indonesia mengenai pelayanan kesehatan terhadap pengidap gangguan jiwa kurang optimal dan Indonesia juga termasuk dalam salah satu negara yang rasio paling rendah psikiater perkapita di dunia. Dari kurangnya pelayanan tersebut, membuat keluarga pengidap untuk lebih membawa ke pengobatan alternatif seperti halnya tokoh atau ahli agama. Dengan dibawanya pasien pengidap gangguan jiwa ke ahli agama dipercaya dapat mengatasi segala gangguan tersebut. Dikarenakan agama memiliki peran penting terhadap kesehatan jiwa.

Titik letak dari pengaruh agama sebagai keyakinan dalam menjaga kesehatan jiwa seseorang juga terletak pada keyakinan atau sikap tawakal (penyerahan diri) seseorang kepada Dzat Yang Maha Agung (Allah). Dengan menerapkan sikap selalu berserah diri terhadap Tuhan akan memberi energi positif dan optimis pada diri seseorang yang nantinya akan memunculkan perasaan tenang, positif, puas, perasaan bahagia, sukses, merasa aman dan juga dicintai. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa manusia kembali pada fitrahnya yaitu sehat segi jasmani maupun rohani. Dalam agama juga menegaskan dan menganjurkan untuk selalu patuh terhadap perintah agama supaya mendapat kesehatan fisik maupun jiwa. Oleh karenanya manusia dalam usaha memelihara jiwa supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam gangguan diperintah untuk senantiasa berserah diri terhadap Tuhan dan melaksanakan amal ibadah yang diperintahkan agamanya masing-masing.

Kehidupan di masyarakat merupakan realitas yang tidak bisa di hindari, tentunya didalamnya keharusan tiap individu untuk berinteraksi. Namun, tidak semua aktivitas interaksi atau juga perilaku yang dilakukan tiap individu semuanya baik. Tidak menutup kemungkinan juga terdapat perilaku yang negatif, menyimpang dan merugikan masyarakat lain. Supaya masyarakat terhindar dari perilaku penyimpangan dan kekacauan, maka sangat diperlukanlah suatu cara yang memungkinkan setiap orang dalam suatu masyarakat dapat selalu menerapkan sikap dan sesuai dengan harapan yang di inginkan. Cara semacam ini dinamakan pengendalian sosial atau kontrol sosial. Menurut Roucheck seorang ahli dari Yunani, kontrol sosial didefinisikan sebagai suatu proses yang terencana ataupun tidak, bahkan juga memaksa warga masyarakat supaya patuh terhadap kaidah, aturan dan nilai-nilai yang ditetapkan dan disepakati bersama. Pengendalian semacam ini sangatlah penting supaya terciptanya suatu ketertiban sosial yang menjadi syarat utama dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Adanya aturan-aturan atau doktrin dalam agama Islam menjadi pengontrol manusia dalam hidup untuk menyimpang dan tetap berada dalam jalur kebaikan sesuai ajaran-ajaran Islam. Manusia juga dituntut untuk patuh terhadap nilai, norma, dan aturan-aturan agama supaya mendapat rahmat dan terhindar dari musibah, masalah dan perbuatan yang menyimpang dalam hidupnya. Dari sini, bisa disimpulkan bahwasanya sikap patuh terhadap peraturan merupakan perilaku taat dalam menerapkan peraturan yang berlaku dengan kesadaran penuh. Patuhnya seseorang terhadap peraturan yang ditetapkan mempunyai dimensi yang mengacu pada dimensi yang dinyatakan Blass, yakni belief (mempercayai), accept (menerima),dan act (melakukan). Dari kepatuhan tersebut, terlebih patuh pada aturan-aturan agama dan norma-norma akan juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat yang nantinya tertib. Sikap percaya, menerima dan melakukan menjadikan setiap individu tidak tertekan dalam menjalankan suatu peraturan- peraturan terutama juga menyangkut agama.

Ajaran agama dianggap sebagai norma bagi pemeluknya, agama juga juga berfungsi sebagai pengawasan sosial baik itu secara individu/perorangan maupun kelompok/masyarakat. Dengan berfungsinya agama sebagai pengawasan sosial, maka setiap perilaku pemeluk agama dituntut untuk tetap dalam jalan kebaikan yang ditetapkan dalam norma- norma atau aturan-aturan agama. Dengan diterapkannya norma dan aturan-aturan jika dilaksanakan dengan optimal, maka akan tercapailah kehidupan masyarakat yang jauh dari penyimpangan sosial. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa agama disini memiliki peran yang begitu sentral yang memiliki dampak begitu dominan atas kesehatan jiwa seseorang. Dengan cara menaati perintah dan menjauhi larangan agama, nantinya akan berdampak pada segala aspek kehidupan, termasuk juga akan merasakan kehidupan yang harmonis dan jiwa/rohani yang senantiasa sehat.

Tidak hanya sekedar sehat, secara rohani saja, namun dari sehatnya rohani juga akan berdampak pada sehatnya jasmani manusia. Dengan sehatnya jasmani dan rohani, dapat menjadikan hidup tiap manusia terasa tentram, damai, jauh dari stress dan lain sebagainya. Selain berperan sebagai penyucian jiwa melalui serangkaian tindakan ritual ibadah, dalam tatanan segala macam aturan dan norma- norma agama juga berperan penting dalam terlaksananya kehidupan masyarakat yang teratur, jauh dari konflik, damai, dan harmonis, yang dikenal agama sebagai kontrol sosial. Dengan begitu manfaat yang dapat diperoleh jika mentaati segala aturan-aturan/syariat tersebut juga berpengaruh dalam kehidupan yang lebih nyaman dan tentram.

The post Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat

Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat
NAMA:YUMNA HILMI NASTITI
NIM:202210410311193
JURUSAN:FARMASI

JurnalPost.com – Agama pada dasarnya bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan kehidupan yang sejahtera di dunia dan di akhirat. Secara umum, agama mewajibkan manusia untuk berbuat baik dan menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, termasuk masalah kesehatan. Masyarakat Indonesia sering disebut sebagai masyarakat yang religius karena setiap anggota masyarakat memeluk suatu agama atau kepercayaan dan melaksanakan ajarannya sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya. Tubuh yang sehat sebagai cerminan kesehatan fisik, ketenangan hati sebagai cerminan kesehatan jiwa, dan nutrisi harian sebagai cerminan kesehatan masyarakat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesehatan tidak berada dalam keadaan yang stabil antara aspek fisik, mental, sosial dan lingkungan. Menurut WHO, sehat adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh dan bukan hanya keadaan sakit, cacat atau kelemahan. Peraturan-peraturan dan ketentuan yang ditetapkan agama terlebih dalam Islam sendiri diantaranya yaitu serangkaian ibadah, norma-norma,nilai-nilai, serta Al- Qur’an dan Hadis sebagai rujukan utama. Adanya perintah serta larangan agama akan memberi dampak pada perilaku dan kestabilan kehidupan masyarakat.

Menurut para ahli, dari populasi manusia di seluruh dunia, satu dari empat orang memiliki masalah pada hal kejiwaan. Ada beberapa kriteria jiwa yang sehat pada seseorang, diantaranya:merasa bebas secara relatif dari kecemasan serta ketegangan, mampu beradaptasi dengan kenyataan secara konstruktif, meski kenyataan tersebut buruk, memiliki rasa kepuasan tersendiri ketika bisa memberi dibanding menerima, mendapat kepuasan dari perjuangan atau usaha dalam hidupnya, memiliki daya kasih yang kuat dan besar , saling memuaskan dan tolong menolong dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. Namun, sesuai fakta yang terjadi kerap kali terdapat masalah- masalah gejala gangguan kejiwaan yang dialami tiap orang. Penyakit gangguan jiwa nantinya akan mempengaruhi tingkah laku, pikiran, emosi, timbulnya efek negatif dalam kehidupannya dan juga berdampak pada keluarganya. Mengenai masalah kesehatan jiwa ini sangatlah penting untuk mendapat perhatian lebih terutama dari seluruh masyarakat dan seluruh jajaran pemerintah. Kerap kali sesorang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa atau mentalnya mendapat deskriminasi dari lingkungan sekitarnya seperti halnya diberhentikan dari sekolah atau pekerjaan. Dengan adanya perilaku semacam itu terhadap penderita gangguan kesehatan jiwa sangatlah memprihatinkan dan seharusnya mendapat perhatian lebih.

Agama juga memiliki peran sentral dalam menentukan kehidupan manusia. Mengenai perilaku melanggar yang dilakukan oleh tiap individu maupun kelompok terhadap aturan-aturan agama kemungkinan memiliki beberapa faktor, baik yang dipengaruhi faktor lingkungan dan dapat juga disebabkan oleh kepribadiannya. Dari adanya pelangaran tersebut nampaknya tidak sulit bagi seseorang yang beragama untuk kembali pada hal semestinya yang dilakukan dalam menaati perintah agama. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai unsur batin yang memiliki kecenderungan untuk mendorong seseorang patuh/tunduk pada Dzat yang gaib atau Maha Kuasa. Ketundukan inilah yang menurut psikologi kepribadian merupakan faktor intern yang dinamakan conscience of man (hati nurani).

Kesehatan juga merupakan hal yang diidamkan oleh tiap individu, apalagi terkait dengan kesehatan mental atau jiwa. Dengan sehatnya jiwa dapat menunjang seluruh aktivitas dalam kehidupan manusia terlaksana dengan baik. Namun, di Indonesia mengenai pelayanan kesehatan terhadap pengidap gangguan jiwa kurang optimal dan Indonesia juga termasuk dalam salah satu negara yang rasio paling rendah psikiater perkapita di dunia. Dari kurangnya pelayanan tersebut, membuat keluarga pengidap untuk lebih membawa ke pengobatan alternatif seperti halnya tokoh atau ahli agama. Dengan dibawanya pasien pengidap gangguan jiwa ke ahli agama dipercaya dapat mengatasi segala gangguan tersebut. Dikarenakan agama memiliki peran penting terhadap kesehatan jiwa.

Titik letak dari pengaruh agama sebagai keyakinan dalam menjaga kesehatan jiwa seseorang juga terletak pada keyakinan atau sikap tawakal (penyerahan diri) seseorang kepada Dzat Yang Maha Agung (Allah). Dengan menerapkan sikap selalu berserah diri terhadap Tuhan akan memberi energi positif dan optimis pada diri seseorang yang nantinya akan memunculkan perasaan tenang, positif, puas, perasaan bahagia, sukses, merasa aman dan juga dicintai. Kondisi yang demikian menunjukkan bahwa manusia kembali pada fitrahnya yaitu sehat segi jasmani maupun rohani. Dalam agama juga menegaskan dan menganjurkan untuk selalu patuh terhadap perintah agama supaya mendapat kesehatan fisik maupun jiwa. Oleh karenanya manusia dalam usaha memelihara jiwa supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam gangguan diperintah untuk senantiasa berserah diri terhadap Tuhan dan melaksanakan amal ibadah yang diperintahkan agamanya masing-masing.

Kehidupan di masyarakat merupakan realitas yang tidak bisa di hindari, tentunya didalamnya keharusan tiap individu untuk berinteraksi. Namun, tidak semua aktivitas interaksi atau juga perilaku yang dilakukan tiap individu semuanya baik. Tidak menutup kemungkinan juga terdapat perilaku yang negatif, menyimpang dan merugikan masyarakat lain. Supaya masyarakat terhindar dari perilaku penyimpangan dan kekacauan, maka sangat diperlukanlah suatu cara yang memungkinkan setiap orang dalam suatu masyarakat dapat selalu menerapkan sikap dan sesuai dengan harapan yang di inginkan. Cara semacam ini dinamakan pengendalian sosial atau kontrol sosial. Menurut Roucheck seorang ahli dari Yunani, kontrol sosial didefinisikan sebagai suatu proses yang terencana ataupun tidak, bahkan juga memaksa warga masyarakat supaya patuh terhadap kaidah, aturan dan nilai-nilai yang ditetapkan dan disepakati bersama. Pengendalian semacam ini sangatlah penting supaya terciptanya suatu ketertiban sosial yang menjadi syarat utama dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Adanya aturan-aturan atau doktrin dalam agama Islam menjadi pengontrol manusia dalam hidup untuk menyimpang dan tetap berada dalam jalur kebaikan sesuai ajaran-ajaran Islam. Manusia juga dituntut untuk patuh terhadap nilai, norma, dan aturan-aturan agama supaya mendapat rahmat dan terhindar dari musibah, masalah dan perbuatan yang menyimpang dalam hidupnya. Dari sini, bisa disimpulkan bahwasanya sikap patuh terhadap peraturan merupakan perilaku taat dalam menerapkan peraturan yang berlaku dengan kesadaran penuh. Patuhnya seseorang terhadap peraturan yang ditetapkan mempunyai dimensi yang mengacu pada dimensi yang dinyatakan Blass, yakni belief (mempercayai), accept (menerima),dan act (melakukan). Dari kepatuhan tersebut, terlebih patuh pada aturan-aturan agama dan norma-norma akan juga berdampak pada kehidupan sosial masyarakat yang nantinya tertib. Sikap percaya, menerima dan melakukan menjadikan setiap individu tidak tertekan dalam menjalankan suatu peraturan- peraturan terutama juga menyangkut agama.

Ajaran agama dianggap sebagai norma bagi pemeluknya, agama juga juga berfungsi sebagai pengawasan sosial baik itu secara individu/perorangan maupun kelompok/masyarakat. Dengan berfungsinya agama sebagai pengawasan sosial, maka setiap perilaku pemeluk agama dituntut untuk tetap dalam jalan kebaikan yang ditetapkan dalam norma- norma atau aturan-aturan agama. Dengan diterapkannya norma dan aturan-aturan jika dilaksanakan dengan optimal, maka akan tercapailah kehidupan masyarakat yang jauh dari penyimpangan sosial. Jadi dapat di ambil kesimpulan bahwa agama disini memiliki peran yang begitu sentral yang memiliki dampak begitu dominan atas kesehatan jiwa seseorang. Dengan cara menaati perintah dan menjauhi larangan agama, nantinya akan berdampak pada segala aspek kehidupan, termasuk juga akan merasakan kehidupan yang harmonis dan jiwa/rohani yang senantiasa sehat.

Tidak hanya sekedar sehat, secara rohani saja, namun dari sehatnya rohani juga akan berdampak pada sehatnya jasmani manusia. Dengan sehatnya jasmani dan rohani, dapat menjadikan hidup tiap manusia terasa tentram, damai, jauh dari stress dan lain sebagainya. Selain berperan sebagai penyucian jiwa melalui serangkaian tindakan ritual ibadah, dalam tatanan segala macam aturan dan norma- norma agama juga berperan penting dalam terlaksananya kehidupan masyarakat yang teratur, jauh dari konflik, damai, dan harmonis, yang dikenal agama sebagai kontrol sosial. Dengan begitu manfaat yang dapat diperoleh jika mentaati segala aturan-aturan/syariat tersebut juga berpengaruh dalam kehidupan yang lebih nyaman dan tentram.

The post Peran Agama Untuk Menjaga Kesehatan Jiwa Dan Kontrol Sosial Masyarakat appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
JurnalPost.com – Santri Thursina IIBS kembali menorehkan prestasi. Dzaky Zhafran…