Meningkatkan Pengembangan Diri Anak Melalui Kecerdasan Emosional dan Manajemen Diri

Meningkatkan Pengembangan Diri Anak Melalui Kecerdasan Emosional dan Manajemen Diri

Nama : Mutiara Annisa Sinaga
NIM : 200902062
Program Studi : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fakultas : Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Institusi : Universitas Sumatera Utara (USU)

JurnalPost.com – Menurut Mulyasa (2009) bahwa aktivitas pengembangan diri adalah usaha membentuk karakter dan kepribadian murid yang dilaksanakan melalui aktivitas di luar program kurikulum berkaitan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, aktivitas belajar, dan pengembangan karier murid. Pengembangan diri juga bertujuan untuk memberikan peluang kepada murid untuk mengembangkan diri dan mengungkapkan diri sesuai dengan keperluan, potensi, bakat, minat, keadaan dan pengembangan murid. Aktivitas pengembangan diri tidak harus dilakukan pengajar, tetapi bisa juga difasilitasi dan dibimbing oleh penyuluh, kepala sekolah atau tenaga pendidik lain yang mempunyai kemampuan dalam membantu pengembangan diri murid. Pengembangan diri juga mencakup aktivitas terprogram dan tidak terprogram. Aktivitas terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh murid sesuai dengan keperluan dan keadaan pribadinya. Aktivitas tidak terprogram dilakukan secara langsung oleh pengajar dan tenaga pendidik di sekolah yang diikuti oleh semua murid.

Menurut Goleman (2015) bahwa Kecerdasan emosional (EQ) adalah kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, mendorong diri sendiri, dan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam berhubungan dengan orang lain. EQ merupakan kata baru yang diperkenalkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (2015) menyimpulkan bahwa tiap manusia mempunyai 2 potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional dibangkitkan oleh kemampuan intelektual atau (intelligence quotient). Sedangkan, pikiran emosional dibangkitkan oleh emosi.

Mutiara melaksanaan kegiatan pengembangan diri kepada anak SMP Negeri 29 Medan untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak sekolah, yaitu melakukan Mini Project Praktikum Kerja Lapangan (PKL) 1 berupa mengajarkan materi “Menghadapi Stres” dan memberikan soal studi kasus kepada siswa-siswi kelas VII-4. Sebelum melaksanakan Mini Project tersebut, Mutiara mengobservasi bahwa banyaknya anak-anak sekolah yang sering mengalami stres karena tuntutan belajar dan tugas sekolah. Mutiara mengajarkan materi “Menghadapi Stres” mulai dari menjelaskan pengertian stres, macam-macam stres, gejala stres, pengelolaan stres, dan dukungan psikososial. Lalu, Mutiara memberikan 1 pertanyaan kepada siswa-siswi kelas VII-4, yaitu “ketika kamu mengalami stres, bagaimana cara kamu mengatasi stres tersebut dan apa dukungan sosial yang pernah kamu dapatkan?”. Melalui pengajaran materi tentang “Menghadapi Stres” kepada siswa-siswi kelas VII-4, mereka bisa mendapatkan wawasan atau pengetahuan baru yang kemudian akan bisa diterapkan.

Selain itu, Mutiara juga melakukan proses pemberian bantuan kepada salah seorang klien siswi yang berinisial AN. Melalui proses pemberian bantuan kepada AN, Mutiara menggunakan metode utama pekerjaan sosial, yaitu metode casework oleh Spelete dengan 9 tahap yang berdasarkan pada argumen bahwa klien berkolaborasi dengan pekerja sosial:

1. Prakontrak
Prakontrak merupakan tahap sebelum kontrak dibuat. Mutiara memperjelas keahlian pribadi dan bidang keahlian pekerja sosial kepada AN.

2. Kontrak dan Eksplorasi Hubungan
Mutiara mendiskusikan persetujuan dengan AN, baik Mutiara maupun AN saling mendapatkan hak. Ada batasan-batasan yang masuk ke dalam kontrak (hak dan kewajiban). Tidak boleh menyebarluaskan identitas AN ke profesi lain tanpa persetujuan.

3. Kontrak
Kontrak merupakan suatu persetujuan bersama dibuat untuk menggambarkan layanan apa dan bagaimana yang ditawarkan. Persetujuan pelayanan apa yang dilakukan. Apa pelayanan yang tepat untuk AN dan AN harus bersedia mendapatkan pelayanannya sesuai dengan masalah sosialnya. Mutiara dan AN saling sepakat, menyetujui, dan menanda tangani kontrak (surat perjanjian).

4. Identifikasi Masalah (Assessment)
Mutiara menggali akar masalahnya AN dan merenungkan masalahnya terlebih dulu. Lalu, menyelesaikan akar masalahnya AN.

5. Analisis Masalah
Mutiara meninjau ulang informasi penting dan menganalisis akar masalahnya AN. Diketahui bahwa AN memilki hubungan yang tidak begitu dekat dengan ayahnya karena sering dibentak. AN pernah mengalami bullying, mendapatkan kekerasan berupa pukulan dari teman. AN juga pernah mendapatkan rasa penyesalan ketika ia mulai mengenal cinta. Lalu, kondisi kesehatannya AN sangat menurun dan dirawat di rumah sakit karena mengalami penyakit DBD dan tifus. AN pernah mengalami batuk selama 2 tahun dan 1 kali batuknya berdarah. Dulu, di kelas 2 SMP, emosinya AN naik turun (tidak terkontrol) dan di sekolah AN merasa ilmu yang diperolehnya pun tidak banyak.

6. Umpan Balik dan Perencanaan
Setelah menganalisis masalah, Mutiara melakukan perencanaan. Perencanaan berupa strategi atau alternatif, yaitu meningkatkan self-love pada diri AN dengan AN membuat journaling dan AN mencatat setiap harinya tentang pencapaiannya. Tujuan strategi berupa journaling adalah untuk mengetahui kegiatan sehari-hari AN dan tentang perasaan AN ketika berkegiatan dari mulai bangun tidur sampai pada malam hari sebelum tidur. Strategi berupa journaling untuk meningkatkan self-love termasuk ke dalam salah satu bentuk menajemen diri. Menurut Gie (1995: 187) bahwa manajemen diri berarti seluruh langkah dan tindakan mengatur (mengelola) diri. Di samping itu, manajemen diri berarti mengatur semua bagian potensi pribadi, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal yang baik, dan mengembangkan bermacam-macam segi kehidupan pribadi supaya lebih teratur.

7. Penerapan Rencana (Intervensi)
AN terlibat dalam proses intervensi. AN melaksanakan rencana atau strategi berupa journaling dan mencatat setiap harinya tentang pencapaiannya. Journaling dan pencatatan pencapaian dilakukan selama 1 minggu mulai tanggal 05 April – 12 April 2023.

8. Evaluasi rencana
Evaluasi rencana merupakan menetapkan seberapa baik rencana itu bekerja. Mutiara bertanya kepada AN tentang merasa terbantu, puas, dan bagaimana unek-uneknya setelah diberikan intervensi. AN mengaku dalam 1 hari pikirannya agak lega dan bisa tahu tentang kondisinya ketika melakukan journaling serta pencatatan setiap hari pencapaiannya dan AN merasa puas karena bisa mendalami diri sendiri melalui journaling. Mutiara menyampaikan apa yang kurang pada AN dan AN pun menyampaikan kekurangan Mutiara. Mutiara menyampaikan kekurangan AN ketika melaksanakan strategi, yaitu AN pernah terlambat mengisi journaling dan pencatatan setiap hari pencapaiannya. AN pun menyampaikan kekurangan Mutiara, yaitu harus lebih mendalami klien dengan mendorong pertanyaan-pertanyaan yang lebih dalam kepada klien supaya klien lebih jujur.

9. Kesimpulan dan Pengakhiran Hubungan (Terminasi)
Mutiara bertanya kepada AN apakah masalahnya sudah benar-benar bisa diatasi atau belum. Masalahnya AN sudah benar-benar bisa diatasi, maka Mutiara memberikan kesimpulan bahwa sampai dengan masalah ini selesai, lebih banyak AN yang berperan supaya AN bisa meningkatkan kepercayaan dirinya.

Melalui pelaksanaan Mini Project berupa mengajarkan materi “Menghadapi Stres” kepada siswa-siswi kelas VII-4, mereka menjadi tahu paham tentang bagaimana cara mengelola emosi. Pelaksanaan metode casework kepada klien yang berinisial AN memberikan manfaat dan membantu AN dalam memecahkan masalahnya. AN menjadi lebih bisa memanajemen dirinya sendiri. Mutiara mengucapkan terima kasih banyak kepada siswa-siswi yang telah berperan besar dalam pelaksanaan Mini Project dan metode utama pekerjaan sosial (casework).

The post Meningkatkan Pengembangan Diri Anak Melalui Kecerdasan Emosional dan Manajemen Diri appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
Aesennews.com, Lampung - Kabid humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani…