Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Membangun Media Sosial sebagai Ruang Komunikasi yang Etis
JurnalPost.com – Perkembangan internet telah membawa peradaban manusia menuju zaman di mana media sosial semakin menguasai kehidupan sehari-hari setiap individu. Kehadiran media sosial menciptakan ruang terbuka yang memungkinkan siapa saja untuk menyampaikan pendapat, berbagi pengalaman, dan menjalin hubungan. Namun, kebebasan ini sering kali diiringi dengan munculnya konflik, seperti perselisihan yang belakangan terjadi antara dua dokter yang memiliki kredibilitas di dunia kecantikan, yaitu dr. Richard Lee dan Dokter Detektif (Doktif). Sebagai dua individu yang berpengaruh, perdebatan mereka di ruang publik menarik perhatian luas karena melibatkan tuduhan serius yang disampaikan secara terbuka. Kejadian ini menunjukkan bagaimana konflik antarindividu, terutama yang melibatkan sesama figur publik, dapat dengan cepat menarik perhatian banyak orang dan menciptakan polarisasi.
Dari sini dapat digarisbawahi bahwa betapa pentingnya menjaga etika komunikasi, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh besar di media sosial. Etika komunikasi adalah pedoman yang membantu kita berkomunikasi dengan jujur, sopan, serta bertanggung jawab. Dalam konteks media sosial, hal ini menjadi semakin krusial mengingat platform digital memiliki kemampuan untuk menyebarkan informasi secara luas dan cepat. Oleh karena itu, ketika figur publik yang memiliki pengaruh besar, seperti dr. Richard dan Doktif menyampaikan opini, kritik, atau bahkan tuduhan secara terbuka, pernyataan mereka justru berpotensi besar untuk memengaruhi banyak orang, baik secara positif maupun negatif.
Konflik yang kerap terjadi di media sosial tidak hanya memicu perdebatan biasa, tetapi juga dapat menciptakan suasana yang kurang sehat. Ketika perbedaan pendapat disampaikan secara emosional dan tidak berdasar pada fakta yang valid, hal ini berpotensi memecah belah kalangan pengikut dari masing-masing pihak. Selain itu, perdebatan semacam ini sering kali disertai dengan elemen-elemen merugikan, seperti perundungan daring (cyberbullying) yang merugikan seluruh pihak dan semakin memperburuk situasi. Dalam kasus perselisihan antara dr. Richard dan Doktif, tidak hanya berisiko merusak reputasi mereka sendiri, namun juga berpotensi merusak kepercayaan publik terhadap profesi medis secara keseluruhan.
Sebagai pengguna media sosial, kita bertanggung jawab untuk menjaga komunikasi yang sehat dan konstruktif. Langkah pertama yang perlu diambil adalah memastikan bahwa setiap informasi yang kita bagikan atau tuduhkan telah melalui verifikasi yang tepat. Berbicara tanpa bukti hanya akan memperkeruh suasana dan merugikan kredibilitas kita sendiri. Selain itu, serangan personal harus dihindari dalam setiap diskusi. Kritik seharusnya difokuskan pada tindakan atau argumen yang ada, bukan pada kehidupan pribadi dari individu tersebut.
Penting juga untuk mempertimbangkan jalur komunikasi yang lebih bijaksana saat menghadapi permasalahan serius. Jika terdapat konflik antarindividu, sebaiknya hal tersebut diselesaikan melalui jalur resmi, seperti mediasi atau proses hukum, daripada menjadikannya konsumsi publik di media sosial. Meskipun media sosial memiliki kekuatan besar dalam menyebarkan informasi, platform ini bukanlah tempat yang tepat untuk menyelesaikan konflik, terutama antara dua individu yang sama-sama memiliki pengaruh besar. Hal ini juga bertujuan untuk mencegah situasi semakin keruh di tengah masyarakat.
Kasus perselisihan antara dr. Richard dan Doktif memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menjaga etika dalam berkomunikasi di media sosial. Dengan segala potensi yang dimiliki, media sosial perlu dimanfaatkan dengan penuh tanggung jawab. Etika komunikasi tidak hanya tentang menjaga reputasi individu, tetapi juga tentang membangun ekosistem digital yang lebih sehat dan inklusif. Di tengah era yang semakin terkoneksi ini, menerapkan etika komunikasi adalah kunci dalam membangun ruang digital yang positif dan memberikan manfaat bagi seluruh pihak.
Oleh: Gabrielle Emanuelle Hariyanto – Mahasiswa Fikom Universitas Ciputra
The post Membangun Media Sosial sebagai Ruang Komunikasi yang Etis appeared first on JurnalPost.