
JurnalPost.com – Madura adalah sebuah Pulau di ujung Timur kota Surabaya di desa-desa Madura masih banyak tersimpan keunikan tradisi budaya yang belum banyak diungkap. Beberapa stigma yang kurang tepat melekat pada masyarakat Madura. Keramahan dan kerja keras orang Madura seringkali disalah artikan, sehingga sebagian orang enggan berada di Madura. Kekhasan dari budaya Madura selain kulinernya adalah rumah adatnya. Taneyan Lanjhang adalah nama rumah adat orang Madura, “Taneyan” mempunyai arti lapangan atau halaman yang ada di tengah-tengah bangunan, sedangkan “Lanjhang” memiliki pengertian panjang, jadi Taneyan Lanjhang adalah rumah dengan halaman panjang yang berada di tengah-tengah kelompok bangunan. Pada saat ini rumah adat Madura yang asli mulai hilang pelan-pelan tergerus oleh arus zaman. Beberapa rumah adat Madura mulai beralih rupa menjadi rumah beton seperti rumah-rumah kota masa kini. Punahnya beberapa rumah-rumah adat Madura menjadi salah satu keprihatinan dan keresahan budayawan maupun arsitek – arsitek Indonesia. Pemerhati rumah adat Madura mengajak para akademisi, praktisi, asosiasi, dan instansi yang melibatkan mahasiswa arsitektur untuk mencintai, mengaji serta menggali potensi kekayaan rumah adat Madura.
Mahasiswa bersama dosen prodi arsitektur UKDC peduli menanggapi keprihatinan para pemerhati Arsitektur Nusantara. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat mahasiswa arsitektur UKDC ikut serta dalam kegiatan program pelestarian rumah adat Taneyan Lanjhang yang diselenggarakan oleh asosiasi arsitek Jawa Timur di Madura. Pengabdian masyarakat ini dilaksanakan lebih kurang selama 7 (tujuh) hari di akhir bulan Pebruari 2023. Para mahasiswa tinggal dan hidup bersama-sama selama seminggu di rumah kepala desa merasakan langsung suasana adat budaya Madura. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh mahasiswa arsitektur UKDC bersama dengan mahasiswa-mahasiswa se-Surabaya selama berada di lokasi melakukan pendokumentasian, pengukuran di lapangan, membuat gambar kerja, gambar 3D, maket rumah adat Taneyan Lanjhang.

Pengabdian masyarakat mahasiswa arsitektur UKDC didukung pihak instansi pemerintah daerah Madura maupun pihak asosiasi arsitek Jawa Timur. Pembukaan Mengaji Taneyan Lanjhang diawali dengan sambutan dari pihak panitia penyelenggara dan pejabat setempat. Sebelum mahasiswa-mahasiswi arsitektur terjun langsung ke lapangan panitia memberikan pembekalan pengetahuan tentang budaya Madura, pengenalan mengenai Taneyan Lanjhang serta pengetahuan dasar arsitektur rumah adat Taneyan Lanjhang. Pembekalan tersebut melibatkan beberapa budayawan Madura, arsitek maupun dosen yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai Taneyan Lanjhang. Di akhir kegiatan mangaji Taneyan Lanjhang mahasiswa bersama mentor dan para ko-mentor mempresentasikan hasil pendokumentasian mereka di Pendopo Kabupaten Madura. Acara ditutup dengan foto bersama tidak ketinggalan kuliner bubur Madura untuk semua peserta.

Hasil dokumentasi dan pengkajian Taneyan Lanjhang yang dilakukan mahasiswa prodi arsitektur UKDC didapatkan bahwa Kobung (langgar) yang selalu berada di Barat yang berfungsi sebagai tempat ibadah, ruang tamu, tempat laki-laki berkumpul dan beristirahat. Kobung disatukan dengan “Dapor” atau dapur. Roma pemolehan atau tonghuh merupakan rumah inti yang digunakan dan ditempati wanita, baik itu ibu atau anak perempuan nya. Budaya orang Madura menganut prinsip Matriarki atau Matrilineal. Wanita adalah harta paling berharga yang harus dijaga dalam suatu keluarga. Paha mini dipakai untuk membangun pola rumah dari Barat ke Timur untuk setiap anak perempuan. Ketika anak perempuan itu menikah, sang suami atau laki – laki masuk ke rumah keluarga perempuan. Selain Kobung, Dapor, Roma Pemolehan, ada kandang yang umunya berada di sisi Selatan. Bentuk rumah Taneyan Lanjhang dapat di gambarkan dalam bentuk 3D Model dan maket.

Pesan penutup dari Prof. Dr. Ir. Josef Prijotomo, M.Arch., mengajak kita semua pemerhati Arsitektur Nusantara, dalam hal ini rumah adat Taneyan Lanjhang yaitu bahwa “Apakah untuk melestarikan Taneyan Lanjhang kita akan menyuruh orang Madura untuk tinggal di Taneyan yang tradisional tanpa ada perubahan sama sekali?” ataukah “Kita dapat meng-kini-kan (mentransformasi dan membuat) “Taneyan Lanjhang” yang sesuai dengan kemajuan zaman, misalnya dari segi material, atau yang lain.” Beliau juga menyimpulkan bahwa salah satu ciri khas arsitektur dari rumah adat Madura atau Taneyan Lanjhang adalah bangunan ini merupakan bangunan tanpa kolong dan juga memiliki orientasi bangunan yang berfokus pada kobung atau langgar yang mana pada zaman setelah Islam masuk mereka membangun kobung atau langgar ini mengarah ke barat, sedangkan zaman sebelum Islam masuk mereka menjadikan gunung sebagai area tertinggi dan laut sebagai arah terbawah.

(Oleh : Antonius Sachio Troy Wijaya, mahasiswa prodi arsitektur UKDC, dkk)
The post Mahasiswa Prodi Arsitektur UKDC Mengaji Taneyan Lanjhang Madura appeared first on JurnalPost.