Kudeta 2016 di Turki yang Mengubah Hidup Ribuan Taruna Militer

Kudeta 2016 di Turki yang Mengubah Hidup Ribuan Taruna Militer

Kudeta 2016 di Turki yang Mengubah Hidup Ribuan Taruna Militer

Ankara

Upaya kudeta di Turki yang terjadi pada tahun 2016 secara drastis mengubah kehidupan para taruna militer negara itu. Beberapa di antara mereka kini ada yang tinggal di Jerman dan mengungkap pengalaman mereka.

Seperti dilansir dari surat kabar Jerman, Frankfurter Rundschau (FR De), Sabtu (16/7/2022) 15 Juli merupakan peringatan enam tahun percobaan kudeta di Turki.

Saat itu, tepatnya pada 15 Juli 2016, sebagian besar taruna militer menduduki Jembatan Bosphorus di Istanbul. Tapi mereka hanya di satu sisi, sisi lain masih bisa digerakkan. Ribuan orang berkumpul di sana pada saat yang bersamaan, lalu tiba-tiba ada tembakan. 34 orang kehilangan nyawa.


Kendati demikian, apa yang melatarbelakangi kejadian malam itu masih belum jelas. Sejauh ini belum ada penyelidikan internasional independen terkait hal ini. Hanya ada versi pemerintah Turki, yang masih menimbulkan banyak pertanyaan. Para taruna militer Turki membayar mahal atas ini.

Setelah malam kudeta, setidaknya 16.409 dari mereka diberhentikan dengan dekrit, surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk 6.835 taruna, dan 352 bahkan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Sikap Erdogan

Presiden Recep Tayyip Erdogan masih menuduh mereka sebagai anggota organisasi teroris, tetapi yang dimaksud adalah gerakan Gulen. Erdogan menuding kelompok yang dipimpin oleh Fethullah Gülen, yang kini eksil di AS, berada di balik upaya kudeta. Sejak saat itu pemerintah mengklasifikasikannya sebagai organisasi teroris.

Beberapa taruna ini berhasil melarikan diri ke pengasingan. FR de pun mewawancarai dua orang dari mereka.

Salah satunya adalah Taha Ihsan Cetin. Cetin telah tinggal di Jerman sejak 2019 dan menjadi mahasiswa di Angkatan Udara di Yalova dekat Istanbul malam itu. Pemuda berusia 28 tahun itu mengatakan bahwa ada banyak hal yang terjadi di markas mereka hari itu.

“Panglima AU saat itu, Abidin nal, mengunjungi pangkalan kami. Latihan itu dibatalkan hari itu,” kata Cetin. “Kemudian kami mengetahui bahwa nal memerintahkan ini agar kami tidak lelah.”

Menjelang malam para taruna TNI AU dikabarkan telah menerima perintah untuk berkumpul di lapangan pawai untuk dibawa ke tempat latihan dari sana. “Senjata G3 dibagikan, tetapi tanpa amunisi,” kata Cetin. “Mereka yang namanya dibacakan harus naik bus dan dibawa pergi.”

Cetin mengatakan dia beruntung karena namanya tidak disebut pada awalnya.

Namun, ia kemudian harus naik salah satu bus. “Masing-masing dari kami mendapat tiga peluru untuk senjata kami.”

Sebelum busnya berangkat, atasannya berhasil melepaskan para taruna lagi. Rupanya dia mulai curiga. Cetin pun tinggal di pangkalan malam itu.

Cetin mengatakan bahwa malam itu ia menelepon teman-temannya yang dibawa ke jembatan. “Mereka memberi tahu kami bahwa mereka berkelahi,” kata Cetin. Mereka kemudian mengetahui bahwa dua taruna telah tewas di jembatan. Salah satu rekannya dibunuh oleh massa. Foto-foto Murat Tekin dan taruna lainnya yang berlumuran darah beredar di seluruh dunia pada saat itu.

Taha Cetin dan semua taruna lainnya tidak akan meninggalkan markas mereka di Yalova selama beberapa hari ke depan. Mereka diinterogasi selama sepuluh hari dan kemudian dibebaskan. Dia kemudian mulai belajar administrasi bisnis di Universitas Jerman-Turki di Istanbul.

Idrtimes

Recommended
Jakarta – Banjir di Perumahan Puri Kartika Baru, Ciledug, Kota…