Kisah Pengidap Bipolar Jadi Wisudawan Terbaik di UGM, Lulus dengan IPK Cumlaude

Kisah Pengidap Bipolar Jadi Wisudawan Terbaik di UGM, Lulus dengan IPK Cumlaude

Kisah Pengidap Bipolar Jadi Wisudawan Terbaik di UGM, Lulus dengan IPK Cumlaude

Jakarta

Mlathi Anggayuh Jati adalah salah satu dari 1.852 wisudawan pada upacara wisuda program Sarjana dan Diploma Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 22 November lalu.

Gayuh, yang merupakan wisudawan terbaik dari Fakultas Psikologi, merasa beruntung karena mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi. Prestasi akademiknya yang diraih bukan tanpa rintangan. Selama kuliah, Gayuh harus berjuang dengan gangguan bipolar yang dialaminya.

“Sejak awal tahun 2020, saya mendapatkan diagnosis gangguan bipolar dan harus mengikuti serangkaian terapi pengobatan dengan psikiater dan psikolog,” kata Gayuh dikutip dari laman UGM, Minggu (24/12/2023).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun bagi Gayuh, kondisi ini menjadi sangat menantang karena di waktu-waktu tertentu ia seringkali merasa kesulitan untuk mengelola diri dan membagi waktu untuk kuliah.

Beberapa kali, dia harus mengikuti kelas online dari rumah sakit karena sedang menunggu antrian obat. Tak jarang pula, Gayuh juga harus mengerjakan tugas kuliah dan tugas-tugas lain saat menunggu antrian periksa dokter. Sesi diskusi, kerja kelompok, ataupun pengerjaan tugas dan persiapan lomba tetap diikutinya, bahkan ketika sedang menjalani rawat inap di rumah sakit.

Meskipun terlihat memaksakan diri, bagi Gayuh, pertarungan ini dilihatnya sebagai sebuah cara untuk tetap termotivasi dan tetap melangkah walaupun kondisinya sedang tidak optimal.

Sejak awal, Gayuh berusaha terbuka kepada orang-orang di sekelilingnya mengenai kondisi sakit yang dialaminya dan berusaha untuk mengkomunikasikan keluhan sakitnya sebaik mungkin. Seperti pada saat kondisi kesehatannya sedang tidak baik, Galuh membiasakan untuk menceritakan hal ini kepada orang tua dan teman-teman terdekatnya.

“Saya berusaha memberikan kabar kepada dosen ataupun teman-teman lain yang sedang memiliki kegiatan bersama dengan saya, baik dalam rumpun akademik maupun non-akademik,” ungkap wisudawan dengan IPK 3,91 ini.

Tak hanya memberi kabar, Gayuh juga berusaha memberikan solusi dan berani untuk menerima konsekuensi karena ketidakhadirannya. Menurut Gayuh, dukungan dari orang-orang di sekelilingnya inilah yang semakin memantapkan langkahnya untuk terus bersemangat melanjutkan studi sampai selesai. “Bersyukur, orang-orang sekeliling saya sangat support,” jelas dia.

Selain keluarga dan teman-teman, para dosen dan pengajar di Fakultas Psikologi sangat mendukungnya. Beberapa kali Gayuh mendapatkan fasilitas konseling dari fakultas dan mendapatkan saran dari dosen-dosen mengenai cara mengelola kegiatan akademik dan kondisi mentalnya.

Perempuan yang bercita-cita terjun di dunia pendidikan inklusi ini menuturkan belajar psikologi itu seperti mempelajari diri sendiri. Tak heran jika banyak anggapan, mahasiswa psikologi itu belajar sembari rawat jalan. Dia sangat bersemangat saat mendapat materi baru di perkuliahan.

“Saya merasa antusias setiap ada materi baru, karena materi tersebut bisa direfleksikan ke dalam kehidupan saya sendiri dan menjelaskan banyak hal yang terjadi di sekeliling saya,” ujarnya.

NEXT: Aktif Ikut Banyak Organisasi dan Relawan

Idrtimes

Recommended
Spread the love Natal adalah Anda sendiri,Ketika kita memutuskan untuk…