Kisah Inspiratif: Sejak Kecil Ingin Menjadi Penghafal Al-Qur’an, dan Kini Cita-citanya Tercapai

Kisah Inspiratif: Sejak Kecil Ingin Menjadi Penghafal Al-Qur’an, dan Kini Cita-citanya Tercapai
Muhammad Fachrizal, Santri Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah Garut

JurnalPost.com – Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an adalah impian bagi semua umat islam, karena banyaknya keberkahan yang bisa diperoleh, salah satunya akan mendapatkan mahkota dan jubah kemuliaan untuk dirinya sendiri dan untuk kedua orang tuanya yang akan diberikan langsung oleh Allah SWT di akhirat kelak.

Muhammad Fachrizal atau biasa dipanggil Fachri ia adalah anak terakhir dari enam bersaudara ia kelahiran 26 April 2005 yang kini usianya menginjak 18 tahun dan kini ia sedang menuntut ilmu dan mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Kersamanah Garut.

Fachri juga dikenal sebagai anak yang ramah, murah senyum, sopan santun dan cepat akrab dengan orang lain, masyarakat sekitar pun sangat menyukai anak ini karena sikapnya yang ramah dan sopan santun terhadap orang lain.

Sejak Fachri masih duduk dibangku SD ia mengikuti sekolah agama atau sering disebut dengan MDTA (Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah). Anak ini sangat giat ketika ada pelajaran membaca Al-Qur’an dan ia selalu meminta guru mengajinya untuk terus mengajarkannya sampai ia bisa dan lancar bacaannya, tak hanya belajar di sekolah agama saja bahkan di rumah pun ia terus berlatih membaca Al-Qur’an supaya bacaannya lebih lancar, setiap selesai sholat magrib ia juga selalu ikut membaca Al-Qur’an dan minta diajarkan oleh keluarganya.

Kesehariannya yang tak pernah lepas dari belajar membaca Al-Qur’an namun ia tak pernah mengeluh, sekalipun tumbuh rasa malas pada dirinya akan tetapi ia sangat bersikeras untuk menghilangkan rasa malasnya. Dukungan dari kedua orang tua, keluarga dan gurunya yang tak pernah padam membuatnya semakin semangat untuk terus melancarkan bacaan Al-Qur’annya. Hingga pada akhirnya sedikit demi sedikit ia mulai lancar membaca Al-Qur’an dan disamping itu ia juga mulai belajar menghafal Juz Amma’ yang diawali dengan surah-surah pendek seperti surah An-Nas, Al-Falaq, Al-Ikhlash, dan lain-lain.

Diusianya yang masih anak-anak ia lebih memilih untuk banyak belajar membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, sementara teman-teman seusianya diluar sana mungkin lebih memilih untuk bermain. Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Fachri sangatlah disiplin dan teratur, ada waktunya kapan ia boleh bermain dan kapan waktunya ia harus belajar.

“Sedari anak-anak masih kecil, saya selalu berusaha mengajarkan mereka untuk hidup disiplin dan mandiri karena orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mendidik dan mengajarkan anaknya agar mereka tumbuh menjadi anak yang baik. Saya tak ingin anak-anak saya seperti anak orang lain diluar sana yang kurang diperhatikan oleh orang tuanya yang terkadang saya juga merasa kasihan. Dan saya juga khawatir jika anak-anak saya terbawa oleh hal-hal yang tidak diinginkan. Makanya kita sebagai orang tua sangat penting sekali untuk selalu mengawasi dan mendidik anak kita dengan benar.” Ujar ibunda Fachri.

Membaca dan menghafal Al-Qur’an sampai kini sudah menjadi hobinya karena ia sangat ingin menjadi seorang penghafal Al-Qur’an 30 Juz maka dari itu Fachri memutuskan untuk masuk ke pondok pesantren setelah ia lulus dari SD. Selain dari kemauan sendiri ia juga termotivasi oleh kakak dan sepupunya yang sudah masuk ke pondok pesantren lebih dulu. Akhirnya setelah ia lulus dari SD ia meminta kepada orang tuanya agar diizinkan untuk masuk ke pondok pesantren dan orang tuanya pun menyetujui dan mendukungnya, orang tua Fachri sangat bangga karena antusias anaknya yang ingin masuk ke pondok pesantren.

Mungkin sebagian orang banyak yang menganggap bahwa pondok pesantren adalah tempat bagi anak-anak yang nakal padahal yang sebenarnya pondok pesantren bukanlah tempat untuk anak-anak nakal. Sebaliknya, pondok pesantren adalah tempat dimana seseorang dapat dibina dan dididik oleh para gurunya dan untuk membangun dirinya menjadi orang yang lebih baik dengan melalui nasihat dan ilmu yang diberikan oleh guru mereka. Jadi pada intinya pondok pesantren bukanlah tempat untuk anak-anak nakal yang terlihat seperti tempat tahanan atau sel penjara.

Kini sudah saatnya Fachri menggapai cita-citanya untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an 30 Juz. Ketika ia masuk ke pondok pesantren tak lupa ia meminta restu dan do’a kepada orang tua, keluarga serta gurunya yang sudah mengajarkannya sehingga Fachri bisa lancar membaca Al-Qur’an. Saatnya perjalanan awal Fachri untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an dimulai.

Tiga bulan telah berlalu Fachri tinggal di pondok pesantren akan tetapi ada satu hal lain yang membuat Fachri tak betah di pondok karena padatnya jadwal di pondok pesantren ia pun mulai sering mengeluh dan selalu meminta pulang kepada orang tuanya, akan tetapi orang tuanya selalu menahannya dan berusaha agar Fachri bisa betah di pondok pesantren dan tak lupa juga orang tuanya selalu memberikan nasihat kepada Fahcri.

Tahun berganti tahun perjuangan dan pengorbanan Fachri untuk menjadi seorang penghafal Al-Qur’an sangat tidak mudah baginya, banyak waktu, tenaga dan pikiran yang harus ia korbankan. Pagi, siang hingga malam ia tak pernah berhenti untuk terus menghafalkan Al-Qur’an, waktu istirahat pun hanya digunakan untuk sholat, makan dan mandi, bahkan tidur pun hanya sebentar. Rasa lelah yang ia rasakan dan membuatnya selalu ingin mengeluh, akan tetapi ia ingat lagi tujuan awal masuk ke pondok pesantren demi tercapainya sebuah cita-cita untuk menjadi penghafal Al-Qur’an dan ia pun harus pantang menyerah.

Tidak peduli seberapa besar pengorbanan dan perjuangan kita dalam menghafal Al-Qur’an, kita akan mendapatkan pahala dan keuntungan di dunia dan akhirat. Karena Al-Qur’an bukan sesuatu yang kecil, kebaikan dan pahala tersebut pasti besar. Ingatlah bahwa Al-Qur’an memiliki pahala yang dapat kita peroleh bukan hanya dari kemampuan menghafalkannya dengan baik, tetapi juga dari upaya kita sendiri untuk menghafalkannya. Tidak peduli apakah hasilnya positif atau negatif, usaha kita harus tetap maksimal, dan kita akan mendapatkan pahala yang besar di hadapan Allah.

Setelah tiga tahun lamanya menimba ilmu dan menghafalkan Al-Qur’an, inilah momen yang paling ditunggu-tunggu yaitu acara wisuda tahfidz 30 Juz yang selalu diadakan setiap tahun sebagai acara simbolis yang menandakan bahwa seseorang telah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an 30 Juz.

Akhirnya Fachri bisa melewati semuanya sampai dititik ini dan ia telah menyelesaikan seluruh hafalannya. Isak tangis haru pada momen wisuda tahfidz membuat orang tua dan keluarganya sangat bangga kepada Fachri. Rasa syukur atas perjuangan dan pengorbanan atas cita-citanya yang kini sudah tercapai, dan Fachri berharap semoga ia dapat menjaga hafalannya dan semoga di akhirat kelak ia bisa memberikan mahkota dan jubah kemuliaan untuk kedua orang tuanya.

“Meskipun kita lelah dalam menghafalkan Al-Qur’an, kita tetap tidak boleh menyerah. Ingat Allah pasti akan selalu membantu kita, dan ingat kata pantun nasihat berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Begitupun ketika kita sedang menghafalkan Al-Qur’an insyaa Allah endingnya akan berbuah manis dan ingat balasan bagi orang yang menghafalkan Al-Qur’an sangatlah luar biasa. Sungguh sangat nikmatnya menjadi seorang penghafal Al-Qur’an. Terakhir saya ucapkan banyak terimakasih untuk diri sendiri dan untuk orang-orang yang sudah mendukung dan mendo’akan saya, dan yang paling utama saya ucapkan terimakasih juga kepada kedua orang tua beserta keluarga.” Ujar Fachri.

Alhamdulillah, tercapailah sudah cita-cita Fachri, kini ia sudah menjadi seorang hafidz Qur’an 30 Juz, dan tak hanya itu ternyata ia juga diangkat sebagai asatidz di pondok pesantrennya. Sungguh sangat luar biasa sekali anak ini. Semoga kisah perjalanan hidup Fachri bisa dicontoh dan dijadikan motivasi untuk anak-anak muda seusianya.

Penulis : Syifa Nur Fauziyyah (Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam)

The post Kisah Inspiratif: Sejak Kecil Ingin Menjadi Penghafal Al-Qur’an, dan Kini Cita-citanya Tercapai appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
Sumber: Instagram @irwanlo Jakarta, JurnalPost.com – Dunia media sosial telah…