JurnalPost.com – Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah. Salah satu keanekaragaman hayati tertinggi di Indonesia adalah kupu-kupu (Lepidoptera). Kupu-kupu merupakan serangga bersayap yang dapat terbang, dan salah satu perannya yaitu sebagai pollinator dan kendali ekosistem. Keanekaragaman kupu-kupu tersebar di seluruh wilayah dunia, salah satunya yaitu di gumuk Ledokombo yang merupakan perbukitan kecil (hillock) yang memiliki ketinggian kurang dari 60 meter terletak di ujung Jawa Timur. Kota Jember merupakan kota di ujung Jawa Timur yang mempunyai sebaran bukit-bukit yang disebut gumuk. Jumlah gumuk di jember ada sebanyak 1.955 gumuk. Bukit kecil itu terbentuk akibat erosi kerucut gunung berapi muda di sisi barat gunung. Gumuk memiliki nilai ekologis yang sangat baik dan potensi air tanah yang tinggi, terutama yang letaknya berdekatan sehingga dapat dijadikan sebagai penyedia air dikawasan sekitar, penghalau angin, dan potensi hayati lain. Gumuk ini umumnya berbentuk batuan yang memiliki dasaran pasir, sehingga memiliki potensi tambang untuk bahan galian pasir dan batu.
Vegetasi yang terdapat pada gumuk dapat memberikan ruang mikrohabitat bagi hewan-hewan tertentu salah satunya yaitu kupu-kupu. Pada penelitian yang sudah dilakukan oleh Mubarok (2023) juga menunjukkan bahwa terdapat 34 spesies dalam 4 famili yang dapat ditemukan di Kawasan gumuk Ledokombo ini. Dan menunjukkan bahwa kupu-kupu yang paling banyak ditemukan di berbagai tipe habitat yaitu famili Nymphalidae dan Pieridae.
Family Nymphalidae merupakan kupu-kupu yang berukuran kecil hingga sedang dengan ukuran 25-100 mm. Ciri khas pada Nymphalidae ialah pasangan tungkai depan yang mengecil. Kupu-kupu dari famili ini umumnya berwarna cokelat, orange, kuning, dan hitam. Kupu-kupu famili ini merupakan kelompok yang paling beragam jenisnya dengan variasi dan pola bentuk sayap. Kupu-kupu jantan biasanya memiliki pasangan tungkai depan yang tertutup oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu ini juga dikenal sebagai kupu-kupu berkaki sikat. Di bukit Ledokombo ditemukan sebanyak 19 spesies famili Nymphalidae diantaranya yaitu Amathusia phidippus, Doleschallia bisaltide, Elymnias hypermnestra, Inti Euploea, Hypolimnas bolina, Hypolimnas misippus, Ideopsis juventa, Junonia almana, Junonia atlites, Junonia hedonia, Junonia iphita, Junonia villida, Malanitis leda, Mycalesis horsfieldi, Mycalesis mineus, Neptis hylas, Orsotriaena medus, Pantoporia hardonia, dan Tanaecia palguna.
Family Pieridae merupakan kupu-kupu berukuran kecil hingga sedang yang berukuran 25-100 mm. Memiliki 3 pasang kaki, sayap tidak berekor, dan biasanya berwarna putih atau kuning dengan sel sayap belakang yang tertutup. Famili ini dapat terbang jauh dan sering ditemukan dalam jumlah banyak di sekeliling air. Ditemukan sebanyak 5 spesies Pieridae di bukit Ledokombo yaitu Appias libythea, Catopsilia pomona, Eurema blanda, Eurema hecabe, dan Leptosia nina.
Selain famili Nymphalidae dan Pieridae, juga ditemukan beberapa spesies dan famili lain di bukit Ledokombo yaitu famili Lycaenidae yang terdiri dari 3 spesies yaitu Curetis thetis, Jamides celeno, dan Lampides boeticus. Serta famili Papilionidae yang terdiri dari 5 spesies yaitu Graphium doson, Grafium sarpedon, Pembongkaran papilio, Papilio memnon, dan Papilio polytes.
Keanekaragaman lalat kupu-kupu di perbukitan Ledokombo tidak berkorelasi dengan nilai kemerataan. Hal ini terjadi karena adanya beberapa spesies yang lebih tinggi, seperti Eurema hecabe dan Eurema blanda, meskipun tingkat dominansinya tergolong sedang berdasarkan kriteria. Perbedaan jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di bukit Ledokombo dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perbedaan lokasi, periode, musim, ketinggian tempat, tipe habitat, kompleksitas struktur vegetasi, dan faktor lingkungan seperti kelembapan udara, suhu udara, dan intensitas cahaya berpengaruh terhadap perbedaan jumlah spesies kupu-kupu pada lokasi pengambilan sampel.
Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki peran penting dalam ekosistem. Jika kupu-kupu terancam hilang, hal ini dapat memilliki dampak negatif pada lingkungan dan kehidupan manusia. Dampak apabila kupu-kupu mengalami penurunan populasi atau punah yaitu dampak pada polinasi tanaman, dampak pada rantai makanan, dampak pada keanekaragaman hayati, dampak pada ekowisata, dan dampak pada penelitian dan ilmu pengetahuan.
Untuk mencegah kepunahan kupu-kupu, penting untuk menjaga habitat alami mereka, seperti pemeliharaan habitat alami kupu-kupu dengan melibatkan peestarian dan restorasi area yang menjadi habutata kupu-kupu salah satunya di gumuk ledokombo, mengurangi penggunaan pestisida yang berbahaya bagi kupu-kupu untuk mengurangi penggunaan pestisida berbahaya dan beralih ke metode pengendalian hama yang ramah lingkungan seperti penggunaan predator alami atau metode biologi yang dapat membantu melindungi kupu-kupu, dan melakukan Upaya konservasi untuk melindungi spesies kupu-kupu yang terancam punah dengan cara meningkatkan ketersediaan tanaman inang yang diperlukan oleh kupu-kupu untuk bertelur dan makanan bagi larvanya dapat membantu mempertahankan populasi kupu-kupu. Untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya kupu-kupu dan ancaman yang mereka hadapi dapat membantu memobilisasi dukungan untuk Upaya konservasi.
OLeh: Mila Ainun Azzuhro
Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi
UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
The post Keanekaragaman Kupu-kupu di Gumuk Ledokombo Jember appeared first on JurnalPost.