

Jakarta –
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI (BPOM) baru saja mengeluarkan daftar obat yang aman, dipastikan bebas dari risiko cemaran bahan berbahaya. Sampai saat ini, ada 133 sirup obat yang tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan/atau gliserin/gliserol, empat bahan pelarut yang dikaitkan dengan cemaran EG dan DEG.
Selain itu, BPOM juga mengumumkan 13 produk obat yang menggunakan keempat pelarut tetapi tidak mengandung cemaran melebihi batas aman. Karenanya, obat-obat sirup tersebut dikategorikan aman selama diminum sesuai aturan.
Lalu bagaimana pandangan orang tua yang sudah terlanjur membuang obat sirup? Wanda (33) termasuk salah satu orang yang sudah menyetop dan terlanjur membuang beberapa obat sirup yang sudah dibuka usai adanya laporan dugaan obat sirup menjadi salah satu penyebab gagal ginjal akut anak.
“Waktu ada heboh itu, aku stop kasih obat dan buang beberapa obat sirup yang udah dibuka sih,” ucapnya kepada detikcom, Senin (24/10/2022).
Meski sudah bisa kembali dikonsumsi, ibu satu anak itu mengaku masih waswas untuk memberikan obat kepada anaknya yang baru berusia 3 tahun 7 bulan itu. Menurutnya, ia masih akan menggunakan cara tradisional selama beberapa waktu ke depan.
“Kalau menurutku walaupun aku udah buang beberapa obat itu, aku nggak nyesel dan justru masih serem kalau kasih obat sirup ke anakku karena takutnya aja nanti aku kasih obat eh besoknya dibilang nggak aman lagi. Jadi mungkin beberapa waktu ini kalo anak sakit pake cara tradisional dulu baru kalo kenapa-kenapa aku ke dokter sih paling,” jelasnya.
Senada dengan Wanda, Finny (31) juga menyebut dirinya sudah menyetop persediaan obat sirup untuk diberikan kepada anak-anaknya. Ibu 3 anak ini mengaku beberapa hari lalu, dua anaknya mengalami demam tinggi dan ia memutuskan untuk memberi cara tradisional seperti kompres dan memberi air madu agar tidak dehidrasi dan lemas. Ia juga masih waswas untuk memberikan obat sirup kepada anak meski sudah disebut aman dikonsumsi.
“Sampe sekarang aku stop semua obat dan balik manualan gitu, agak riskan soalnya nyawa. Kalo amit-amit banget sakit parah aku sih prefer ke RS aja daripada sotoy kasih obat gitu, soalnya namanya masih uji coba aku takut human error atau apa gatau nya obatnya ada kandungan ga aman gitu kan,” katanya.
NEXT: Pilih pantau-pantau perkembangan