Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Detoks Emosi: Cara Tak Terduga Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
JurnalPost.com – Gaya hidup modern yang serba cepat sering kali menuntut banyak hal sekaligus, mulai dari pekerjaan menumpuk hingga kurangnya waktu istirahat, dan tanpa disadari, hal ini dapat berdampak pada kesehatan tubuh, salah satunya tekanan darah tinggi. Selama ini, kondisi tersebut kerap dikaitkan dengan pola makan yang tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik. Padahal, faktor emosional, seperti stres, kecemasan, dan emosi negatif juga memainkan peran penting yang tak kalah besar. Ketika emosi negatif menumpuk tanpa saluran pelepasan, tubuh dapat terjebak dalam mode “fight-or-flight“ yang berkepanjangan. Kondisi ini memicu pelepasan hormon kortisol dan adrenalin kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan peningkatan detak jantung, sementara hormon aldosteron berperan dalam retensi natrium di ginjal. Semua itu berkontribusi pada lonjakan tekanan darah. Melalui metode detoks emosi yang menggabungkan relaksasi, ekspresi diri, dan refleksi batin, akumulasi stres bisa dilepaskan dan keseimbangan alami sistem kardiovaskular pun dapat dipulihkan secara perlahan namun efektif.
Peran Emosi dalam Patogenesis Hipertensi
Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa individu yang menghadapi stres kronis cenderung mengalami kenaikan tekanan darah rata-rata ≥140 mmHg (sistolik) dan/atau ≥90 mmHg (diastolik) dibandingkan mereka yang kadar stresnya lebih rendah. Ketika reseptor stres dalam otak diaktifkan, sumbu hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA axis) segera merespons dengan memompa kortisol, sementara sistem saraf simpatik turut melepaskan adrenalin. Kedua hormon stres tersebut kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah kecil (vasokonstriksi) dan peningkatan denyut serta kekuatan kontraksi jantung, sehingga menciptakan lonjakan tekanan sistolik dan diastolik. Jika situasi ini berlangsung lama, dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku akibat remodeling vascular (perubahan struktur pembuluh darah). Disfungsi endothelium (kerusakan pada lapisan dalam pembuluh darah yang mengatur pelebaran dan penyempitan) kemudian mengurangi produksi oksida nitrat, zat penting untuk pelebaran pembuluh darah, sehingga respon terhadap kenaikan tekanan darah semakin buruk.
Apa itu Detoks Emosi?
Detoks emosi merupakan sebuah pendekatan menyeluruh yang berfungsi sebagai proses pembersihan mental dan emosional dari berbagai beban perasaan negatif yang menumpuk dan belum teratasi. Tujuannya bukan hanya untuk mengurangi stres sesaat, tetapi juga untuk membantu seseorang mengenali akar ketegangan emosional yang dialaminya, memahami mekanisme respons tubuh dan pikirannya terhadap stres, serta membimbingnya melepaskan emosi-emosi tersebut secara sadar dan bertahap. Konsep detoks ini berpijak pada teori biopsikososial yang melihat kesejahteraan manusia sebagai hasil perpaduan antara kondisi biologis, seperti pelepasan hormon stres dan aktivitas saraf, keseimbangan psikologis yang mencakup pikiran, persepsi, dan perasaan, serta aspek sosial yang berhubungan dengan hubungan interpersonal, dukungan dari lingkungan sekitar, dan kualitas komunikasi. Ketika ketiga aspek ini tidak seimbang, tubuh mudah memasuki kondisi stres kronis yang berbahaya bagi kesehatan jangka panjang, terutama sistem kardiovaskular.
Melalui teknik-teknik yang telah divalidasi oleh penelitian ilmiah, detoks emosi mengajak individu menjalani berbagai praktik, seperti meditasi kesadaran penuh (mindfulness) untuk meningkatkan kontrol terhadap reaksi pikiran, penulisan jurnal emosional sebagai media untuk mengungkap dan mengurai isi batin, terapi percakapan untuk membantu merekonstruksi pola pikir negatif, dan ekspresi kreatif melalui seni sebagai sarana pelepasan emosi secara intuitif. Inti dari semua teknik ini adalah mengalihkan tubuh dari “mode siaga” yang didominasi oleh sistem saraf simpatetik yang mendorong detak jantung meningkat dan pembuluh darah menyempit menuju “mode pemulihan” yang diaktifkan oleh sistem saraf parasimpatetik. Dengan mengembalikan fungsi-fungsi tubuh ke dalam ritme relaksasi yang sehat, detoks emosi berkontribusi nyata dalam menurunkan tekanan darah, menstabilkan emosi, dan membangun ketahanan psikologis dalam menghadapi dinamika kehidupan sehari-hari.
Teknik Meditasi dan Pernapasan untuk Menenangkan Pikiran
Setiap pagi, ketika pikiran masih segar namun mungkin sudah diselimuti kekhawatiran pekerjaan, meditasi berpemandu dapat dijadikan obat alami untuk menenangkan sistem saraf. Dalam praktiknya, seseorang duduk dengan punggung tegak, kemudian menarik napas dalam melalui hidung selama empat hitungan, menahan selama dua hitungan, dan menghembuskan perlahan selama enam hitungan. Fokus penuh pada aliran napas ini bukan hanya menurunkan produksi kortisol, tetapi juga merangsang saraf vagus yang memicu pelepasan asetilkolin, neurotransmiter yang memperlambat detak jantung dan melebarkan pembuluh darah. Penelitian acak terkontrol menunjukkan bahwa mereka yang rutin bermeditasi selama dua bulan mengalami penurunan tekanan sistolik hingga 7 mmHg dan diastolik hingga 4 mmHg tanpa gejala efek samping.
Terapi Bicara untuk Membebaskan Beban Psikologis
Di samping teknik mandiri, pertemuan mingguan dengan profesional kesehatan mental atau berbagi cerita dengan sahabat yang dapat dipercaya semakin penting dalam detoks emosi. Beberapa pendekatan terapi yang umum digunakan untuk membantu mengelola emosi adalah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi pemrosesan emosi (emotion-focused therapy). Melalui sesi terapi perilaku kognitif, pola pikir negatif diidentifikasi dan digantikan dengan respons yang lebih adaptif. Sementara itu, dalam terapi pemrosesan emosi, individu dianjurkan untuk mengekspresikan emosi yang tersimpan melalui dialog imajinatif dan teknik body-based awareness. Pendekatan ini tidak hanya membantu menyelesaikan konflik batin, tetapi juga membentuk strategi koping yang sehat. Sebagai hasilnya, tekanan psikologis yang sebelumnya memicu lonjakan tekanan darah dapat diredam secara signifikan.”
Rencana Mingguan Detoks Emosi
Untuk memudahkan penerapan, detoks emosi dapat dirangkum dalam jadwal mingguan yang seimbang. Pagi hari dimanfaatkan untuk meditasi dan latihan pernapasan selama 15–20 menit. Siang hari, saat energi menurun, jeda singkat dapat diisi dengan body scan meditation atau berjalan santai sambil tetap fokus pada napas. Sore harinya, sesi yoga restoratif atau Tai Chi selama 30–45 menit, mengembalikan keseimbangan tubuh dan pikiran. Menjelang malam, menulis jurnal emosional selama 10–15 menit dapat membebaskan beban batin sebelum tidur. Akhir pekan bisa dimanfaatkan sebagai waktu untuk retreat mini, seperti ikut workshop mindfulness atau kelas seni selama satu sampai dua jam yang memberi jeda emosional sebelum kembali ke rutinitas.
Detoks emosi bukanlah sekadar tren kesehatan, melainkan intervensi komplementer yang berbasis bukti untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Sejumlah studi menunjukkan bahwa praktik seperti mindfulness, terapi ekspresif, dan regulasi emosi dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan (Hughes et al., 2013). Bahkan, pendekatan berbasis mindfulness seperti MB SR (Mindfulness-Based Stress Reduction) telah terbukti menurunkan tekanan darah hingga 5–10 mmHg pada pasien hipertensi ringan hingga sedang (Park & Han, 2017). Proses pengelolaan hipertensi menjadi lebih holistik mencakup tubuh, pikiran, dan jiwa. Dampak positif dari detoks emosi tidak hanya tercermin pada angka tekanan darah, tetapi juga pada kualitas hidup, seperti tidur lebih nyenyak, energi yang lebih stabil dan kemampuan mengelola stres lebih baik. Saat keseimbangan emosional tercapai, tubuh pun secara alami menemukan titik optimal tekanan darahnya, membuka jalan menuju kesehatan jangka panjang yang lebih menyeluruh.
Daftar Pustaka
- Coyne, P., & Woodruff, S. J. (2023). Taking a break: The effects of partaking in a Two-Week Social Media Digital Detox on Problematic Smartphone and Social Media Use, and Other Health-Related Outcomes among Young Adults. Behavioral Sciences, 13(12). https://doi.org/10.3390/bs13121004
- Putri Purwitarsari, U., Rohmi, F., & Aditya, R. S. (2021). Emotional Freedom Technique Menurunkan Tekanan Darah dan Kecemasan pada Lansia: Literature Review. Infokes: Info Kesehatan
- Fitriana, V., Cahyanti, L., Yuliana, A. R., & Nurjannah, U. (2023). Penerapan Terapi Spiritual Emosional Freedom Technique (SEFT) untuk Menurunkan Tekanan Darah pada Lansia: Studi Literatur. JKM Jurnal Kesehatan Masyarakat
- Orizani, C. M., Adianti, N. F., & Meyvanni, E. S. (2022). Regulasi Emosi Melalui Emotion Focused Therapy (EFT) pada Lansia Penderita Hipertensi. Adi Husada Nursing Journal
- Hughes, J. W., Fresco, D. M., Myerscough, R., et al. (2013). Randomized controlled trial of mindfulness-based stress reduction for prehypertension. Psychosomatic Medicine, 75(8)
- Park, S. H., & Han, K. S. (2017). Blood pressure response to meditation and yoga: A systematic review and meta-analysis. Journal of Alternative and Complementary Medicine, 23(9)
Penulis: Raden Ayu Intan Utami Wibowo, Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
The post Detoks Emosi: Cara Tak Terduga Menurunkan Tekanan Darah Tinggi appeared first on JurnalPost.