Dari mulai kekangan, selakangan dan tuntutan seputar cerita perempuan

Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Dari mulai kekangan, selakangan dan tuntutan seputar cerita perempuan

Dari mulai kekangan, selakangan dan tuntutan seputar cerita perempuan

Penulis: Apriliana Soekir

JurnalPost.com – Beban yang tidak adil dialami perempuan-perempuan dari zaman dahulu adalah pengekangan dari segala arah. Baik dari adat maupun agama. Cara perempuan hidup sudah diatur sedemikian rupa dari mereka lahir sampai ke ujung akhirat mereka akan dibawa ke surga atau neraka. Perempuan seringkali dihadapkan pada berbagai bentuk pengekangan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengekangan ini dapat berupa diskriminasi, stereotip, dan ekspektasi masyarakat yang tidak adil. Bentuk-bentuk pengekangan yang dialami perempuan diantaranya;

1. Diskriminasi : Perempuan seringkali dihadapkan pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan dan politik.

2. Pembullyan sesama perempuan : Perempuan seringkali dihadapkan pada bullying sesama kaumnya sendiri hanya demi lebih menonjol atau unggul dibanding perempuan lain. Rasa haus iri dan dengki validasi tak ayal menjadikan sesama perempuan saling menjatuhkan.

3. Stereotip : Perempuan seringkali dihadapkan pada stereotip yang tidak adil, seperti harus menjadi ibu rumah tanga, tidak boleh bekerja di luar rumah, harus bisa merawat anak dan rumah, mengandalkan gaji suami saja, dan tidak boleh memiliki kekuasaan.

4. Ekspektasi masyarakat : Perempuan seringkali dihadapkan pada ekspektasi yang dibuat masyarakat baik tradisi adat atau agama yang tidak adil, seperti harus menjadi cantik, harus menjadi lembut, harus patuh, dam harus siap diatur.

Stereotip yang menghacurkan perempuan salah satunya adalah identik sebagai budak seks. Stereotip ini tidak hanya merendahkan martabat perempuan, tetapi juga memperburuk kondisi kekerasan danb diskriminasi terhadap perempuan di ruangh publik. Dampak besarnya lagi, perempuan merasa tidak berharga dan merasa kehilangan jati diri. Inilah awal munculnya nilai bunuh diri kian meningkat jika kasus pelecehan dan kekerasan menjamur dimana-mana. Dalam berbagai kasus dengan embel-embel mencari rida suami dengan tidak membuka aib dalam rumah tangga, salah kaprahnya pandangan masyarakat tentang aib adalah berarti menormalisasikan KDRT wajar, mendukung perselingkuhan wajar dalam rumah tangga dengan berlindung di balik “Itu aib”.

Sekelas Nabi Ayyub saja harus bernazar dahulu dalam melakukan tindakan kekerasan memukul istri dikarenakan istrinya kabur pada saat beliau sakit dan masih meminta petunjuk Allah dalam berpikir dan bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki memiliki nurani dan akal untuk lebih matang dan sigap sebelum melakukan tindakan KDRT.

Aib yang semestinya tidak diumbar dan tidak disebarluaskan dalam kehidupan sehari-hari contoh kecilnya adalah suka ngupil, baru semenit udah loyo, badannya penuh koreng, badannya berminyak, pengangguran, dll. Itu baru beberapa contoh aib.

Sedangkan kasus KDRT dan perselingkuhan itu bukan aib. Itu adalah perbuatan kriminal, perbuatan menyimpang, perbuatan yang merugikan standar moral dan meresahkan masyarakat bukan untuk dinormalisasi masyarakat.

Memuaskan hati suami atau pasangan bukan satu- satunya jalan menuju surga atau sebagai tanda bahwa Anda mencintainya dengan jaminan menutupi perselingkuhan atau mengorbankan diri Anda dilecehkan, hilang keperawanan akibat diancam atau diiming-iming bujuk rayu untuk menikah, sampai- sampai main fisik dengan dalih bukti sayang agar anda tidak berada di jalan yang salah. Perempuan harus paham self-worth sehingga tidak mudah terhasut dengan narasi seperti ini.

Mencari pahala tidak mesti stuck di situasi zalim, tidak perlu memberi pipi kanan ketika ditampar pipi kiri, atau takut meninggalkan karena sudah dimanipulasi kalau-kalau hubungan putus tidak ada yang akan menerima dan mau dengan Anda. Kalau jadi single mom Anda merasa takut akan pandangan masyarakat dan anak Anda, maka pasangan Anda adalah seorang abuser.

Ketimpangan-ketimpangan ini bisa kita lihat dan dengar di sekitar kita dengan mata dan telinga yang tidak harus cukup lebar membuka karena sudah dinormalisasi oleh masyarakat kita sendiri. Bahwa perempuan dianggap rendah dan manusia kelas dua. Padahal perempuan dan laki-laki adalah manusia yang setara, sejajar, atau sama.

Tuntutan perempuan harus cantik, pintar, cerdas dan berbody bagus adalah makanan sehari-hari untuk perempuan. Sibuk mengatur dan membentuk perempuan tetapi laki-laki lupa jika kodrat, hukum dan aturan tentang dirinya sendiri sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga kerap salah kaprah dan tidak benar untuk menjadi patokan. Inilah pentingnya Pendidikan dan kesetaraan dalam berpola pikir. Agar kita bisa memutus rantai-rantai kekerasan, kemiskinan dan menurunnya angka pelecehan. Dimulai dari para kepala rumah tangga dan pemimpin banyak mengedukasi tentang pentingnya perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam hidup.

PROFIL PENULIS

Apriliana Soekir

Apriliana Soekir lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 29 April 1999. Masih berstatus mahasiswi dari Universitas Kehidupan, Jurusan Kemanusiaan. Setelah menerbitkan novel pertamanya yang berjudul “Kenapa Harus Perempuan”. Beberapa puisi karyanya termuat dalam koran harian terbitan Fajar Makassar yang berjudul “Pelukan Sunyi” dan “Bergulat Dengan Rindu”. Puisi berjudul “Sederhana, Kepada Ruang Singgah dan Teropong Waktu” termuat dalam koran harian terbitan Suara Merdeka. Cerpen berjudul “Lajang yang jalang” termuat dalam koran harian terbitan Radar Kediri. Cerita pendek, quotes, dan karya-karyanya yang berupa tulisan tersebar di berbagai media masa nasional serta dapat dijumpai di Instagram @AprilianaSoekir atau dapat dihubungi melalui e-mail [email protected].

The post Dari mulai kekangan, selakangan dan tuntutan seputar cerita perempuan appeared first on JurnalPost.

SOURCE

Recommended
AESENNEWS.COM, Bogor  - Hari Pers Nasional (HPN) Tahun 2025, yang…