Sah! – Bisnis keluarga kerap dimulai dengan niat baik dan kedekatan emosional antar anggotanya. Namun, tanpa adanya aturan yang jelas, urusan bisnis dapat berujung pada konflik yang memecah hubungan saudara.
Alih-alih mempererat tali kekeluargaan, niat membangun usaha bersama justru bisa berubah menjadi perselisihan jika tidak disertai dengan landasan hukum yang kuat.
Mengapa Bisnis Keluarga Rawan Terjadi Konflik?
- Pencampuran Urusan Pribadi dan Bisnis
Masalah keluarga sering terbawa ke dalam kegiatan operasional bisnis, mengganggu objektivitas dan pengambilan keputusan. - Tidak Ada Struktur Organisasi yang Jelas
Semua anggota merasa memiliki hak yang sama tanpa pembagian tugas dan tanggung jawab yang terdefinisi. - Ketidakseimbangan antara Kontribusi dan Pembagian Hasil
Beberapa anggota aktif bekerja, sementara yang lain hanya menunggu hasil, menimbulkan rasa ketidakadilan. - Ketiadaan Perjanjian Tertulis
Segala keputusan hanya berdasarkan kepercayaan lisan, tanpa dokumen hukum sebagai acuan yang sah.
Solusi: Bangun Aturan Sejak Awal
1. Bentuk Badan Usaha yang Resmi
- Pilih bentuk badan hukum seperti CV atau PT untuk memperjelas batasan kepemilikan dan tanggung jawab.
- Buat akta pendirian melalui notaris sebagai dasar hukum yang sah.
2. Tentukan Peran dan Tanggung Jawab Setiap Anggota
- Susun struktur organisasi yang jelas dan tetapkan deskripsi pekerjaan masing-masing.
- Hindari tumpang tindih peran agar operasional lebih efektif.
3. Buat Perjanjian Kerja Sama Secara Tertulis
- Tuangkan hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam dokumen resmi.
- Sertakan mekanisme penyelesaian konflik untuk mengantisipasi potensi perselisihan.
4. Pisahkan Keuangan Pribadi dan Bisnis
- Gunakan rekening khusus untuk kebutuhan bisnis.
- Lakukan pencatatan keuangan secara profesional dan teratur.
5. Evaluasi dan Komunikasi Secara Rutin
- Adakan pertemuan bisnis keluarga secara berkala.
- Bangun budaya komunikasi terbuka dan transparan di antara seluruh anggota.
Studi Kasus Singkat
Beberapa bisnis keluarga besar di Indonesia seperti Martha Tilaar Group, Wings Group, hingga Bakrie Group mampu bertahan dan berkembang karena menerapkan manajemen yang profesional meskipun dikelola oleh anggota keluarga.
Kesimpulan
Bisnis keluarga tidak seharusnya dijalankan dengan cara santai. Justru karena melibatkan hubungan darah, dibutuhkan aturan main dan struktur yang lebih terorganisir.
Jika tidak ingin konflik pecah di kemudian hari, susun aturan bisnis secara jelas sejak awal. Dengan demikian, bisnis dapat terus berjalan dengan baik, dan hubungan keluarga tetap harmonis.
Kunjungi laman sah.co.id dan instagram @sahcoid untuk informasi menarik lainnya.
Jika membutuhkan konsultasi legalitas bisa klik tombol WhatsApp di kanan bawah atau melalui 0851 7300 7406
Sumber Referensi:
- Konsultan bisnis keluarga
- Studi Harvard Business Review tentang family business
- Wawancara praktisi hukum bisnis
The post Bisnis Keluarga Bisa Menjadi Pemicu Konflik Jika Tidak Dilengkapi Aturan yang Jelas appeared first on Sah! News.