

Jakarta –
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo bertemu dengan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Bali dan direksi Rumah Sakit Mata Ramata Bali. Pada pertemuan itu dibahas ihwal tingginya prevalensi kebutaan di Indonesia yang mencapai 3 juta orang atau sekitar 1,5 persen dari populasi penduduk.
“Insiden kebutaan di Indonesia setiap tahunnya mencapai 0,1 persen atau sekitar 210 ribu orang. Berdasarkan data Perdami, pada tahun 2017 saja terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan di Indonesia. Terdiri dari 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, ditambah 6,4 juta orang dengan gangguan penglihatan sedang dan berat,” papar Bamsoet usai menerima Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Bali dan Direksi RS Mata Ramata di Bali, Selasa (13/9/2022).
Ketua DPR RI ke-20 itu menjelaskan banyak penyakit yang menyebabkan kebutaan, seperti glaukoma, katarak, hingga diabetes. Hasil survei kebutaan Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) tahun 2014 hingga 2016 dari Badan Litbangkes Kemenkes melaporkan, pada usia 50 tahun ke atas angka kebutaan di Indonesia mencapai tiga persen. Sebanyak 81 persen di antaranya disebabkan karena katarak.
“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019 lalu melaporkan, secara global ada 2,2 miliar penduduk dunia mengalami gangguan mata, sebanyak 76 juta diantaranya menderita glaukoma. Kebutaan akibat glaukoma di dunia mencapai 6,9 juta penduduk,” urai Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menambahkan selain katarak dan glaukoma, penyebab kebutaan terbesar lainnya yakni dikarenakan diabetes yang menyebabkan retinopati diabetik. Data International Diabetes Federation (IDF) melaporkan pada tahun 2017 terdapat 425 juta pasien diabetes di dunia. Sebanyak 127 juta di antaranya menderita retinopati diabetik, dengan 12 juta diantaranya terancam mengalami kebutaan.
“Pemerintah terus berupaya menekan angka kebutaan. Untuk menyembuhkan katarak, misalnya, masyarakat bisa memanfaatkan BPJS Kesehatan yang menanggung operasi katarak. Begitupun dengan berbagai penyebab kebutaan lainnya. Keseriusan ini tak lain karena dari berbagai kajian dilaporkan, kerugian Indonesia akibat gangguan penglihatan parah dan kebutaan, bisa mencapai Rp 84,7 triliun setiap tahunnya. Oleh karena itu, antisipasi maupun pengobatan terhadap kebutaan sangat penting untuk dilakukan,” ujar Bamsoet.