Berita ini telah tayang pertama kali di JurnalPost dengan judul Bantengan, Dari Tradisi Hingga Hiburan Warga desa Randu Agung yang masih dilestarikan
JurnalPost.com – Salah satu desa di kabupaten malang yaitu Desa Randu Agung di Kecamatan Singosari, Malang, merupakan salah satu daerah yang masih menjaga dan melestarikan tradisi bantengan atau masyarakat randu agung biasa menyebutnya (mberot). Kesenian bantengan, yang dikenal dengan tarian energik dengan menggunakan properti seperti kepala banteng dan kerangka badan yang dibuat dengan bambu, telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di desa ini. Bantengan bukan sekedar hiburan semata, tetapi juga merupakan simbol dari keberanian, kekuatan, dan nilai-nilai luhur yang masih yang dibuktikan dengan banyaknya kelompok/sanggar yang menjadi wadah bagi masyarakat desa Randu Agung untuk tetap melestarikan tradisi ini.
Tradisi Bantengan di Randu agung, Malang. merupakan warisan budaya diyakini telah ada sejak zaman Kerajaan Singhasari, bantengan biasa diselenggarakan dalam acara tertentu, seperti pesta pernikahan, karnaval ataupun lomba antar padepokan bantengan. Namun ada hal unik dan kami lihat setelah pelaksanaan upacara bendera memperingati ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke 79 di lapangan balai desa randu agung, kepala desa memberikan wadah dan tempat untuk warga sekitar yang masih menjalankan tradisi bantengan sebagai hiburan warga, kepala desa bapak Drs Subadi mengundang 4 sanggar banteng sebagai hiburan setelah upacara bendera selesai, benr saja lapangan upacara makin lama makin ramai dengan hadirnya masyarakat desa yang ingin melihat pertunjukan tersebut.
Pertunjukan Bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan dan pemegang kepala banteng serta orang yang berperan sebagai kaki belakang atau ekor banteng, dalam pertunjukkan ini orang yang bertugas menjadi kepala banteng kerap mengalami kesurupan, yang menambah nuansa magis pertunjukan serta menarik perhatian para penonton. Bantengan telah berkembang di berbagai wilayah di Kabupaten Malang tidak terkecuali desa Randu Agung yang terletak di singosari hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini masih sangat digemari masyarakat.
Pertunjukan bantengan biasanya dilakukan perkelompok, atribut dan badan bantengnya biasanya dibuat dengan anyaman bambu berbentuk badan banteng sedangkan kepalanya dibuat semirip mungkin dengan banteng yang asli, tanduk di kepala banteng biasanya diambil langsung dari hewan sapi, kerbau ataupun banteng itu sendiri. Sedangkan bulu pada kepala banteng diambil dari hewan kambing karena dinilai lebih estetik dan memiliki bulu yang lebih tebal dari hewan ternak lain, pertunjukan bantengan umumnya menampilkan satu sampai lima banteng dan macan yang memiliki bentuk dan ciri khas per kelompok.
Pertunjukan bantengan biasanya dilakukan di malam hari tapi ada beberapa pertunjukan juga di lakukan di siang ataupun sore seperti yang terjadi saat penampilan di hut RI ke 79 di lapangan Balai desa Randu Agung, namun pertunjukan bantengan di malam hari dinilai lebih terasa seru dan memberikan hawa mistis yang kuat karna dalam pertunjukan bantengan biasanya ada beberapa pemain yang sengaja memanggil roh untuk menambah kesan yang sakral, hal ini membuat penonton lebih tertarik karna berbeda dengan petunjukkan yang lain.
Penulis: Radhia Diamonanisa
Universitas Muhammadiyah Malang
Daftar pustaka
Kunhardini, W. S. (2020). Motif tindakan sosial pelaku kesenian Bantengan: di Dusun Supiturang, Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Pasaka, H. A. (2019). Upaya pemerintah desa dalam melestarikan nilai kearifan lokal kesenian bantengan di kawasan wisata Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur.
The post Bantengan, Dari Tradisi Hingga Hiburan Warga desa Randu Agung yang masih dilestarikan appeared first on JurnalPost.