
Berita — Belakangan ini, peristiwa angin kencang marak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Teranyar, angin kencang diketahui merubuhkan plafon Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan.
Terkait meningkatknya frekuensi angin kencang ini, organisasi lingkungan Greenpeace Indonesia mengingatkan ancaman krisis iklim yang tengah mengintai.
Dalam unggahan di akun Instagram Greenpeace Indonesia, Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa badai dan puting beliung makin sering terjadi di Indonesia. Berdasarkan data ini, Greenpeace Indonesia mengatakan bahwa badai tak bisa lepas dari krisis iklim yang turut disebabkan ulah manusia.
Dari postingan Instagram Greenpeace Indonesia, BMKG mencatat bahwa frekuensi angin puting beliung di Indonesia naik hingga 3,5 kali lipat dalam 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Daftar 6 Merk Kopi Sachet yang Mengandung Parasetamol dan Obat Kuat
Peningkatan frekuensi angin puting beliung terjadi disebabkan oleh kenaikan suhu bumi. Penghangatan suhu bumi akan memudahkan pembentukan siklon tropis, tornado, atau pusaran udara skala kecil atau puting beliung.
Pada 2011, angin puting beliung terjadi hingga 441 kali. Jumlah ini menigkat tajam pada 2021, dimana puting beliung terjadi sebanyak 1.577 kali.
“Selain badai, krisis iklim juga memicu lebih banyak bencana hidrometeologi yang tak terhindarkan dan kian menerjang saudara-saudara kita di sejumlah wilayah,” tulis @greenpeaceid pada caption.
Diketahui, puting beliung pertama kali terjadi pada tahun 1997. Semenjak saat itu, bencana semakin sering terjadi.